periskop.id - Hulk Hogan (Terry Gene Bollea) yang merupakan legenda gulat profesional meninggal dunia di usia 71 tahun di kediamannya dekat Tampa, Florida. Kepolisian setempat menyampaikan dalam unggahan Facebook bahwa mereka menerima panggilan medis pada pukul 09.51 pagi terkait kasus henti jantung.
Dikutip dari Futurism, Hogan sempat dilarikan ke Morton Plant Hospital namun dinyatakan meninggal tak lama kemudian. Pihak kepolisian memastikan bahwa tidak ditemukan indikasi aktivitas mencurigakan terkait kematiannya.
Selama bertahun-tahun, Hogan dikenal memiliki riwayat kesehatan yang rumit. Ia secara terbuka mengungkapkan kepada YouTuber Logan Paul bahwa dirinya telah menjalani sekitar 25 operasi dalam satu dekade terakhir.
“Sepuluh operasi punggung, kedua lutut dan pinggul diganti, bahu—semuanya,” tuturnya.
Gaya hidupnya yang keras dan penuh cedera jelas memberikan dampak serius terhadap kondisi jantungnya. Faktor makanan juga diduga turut berperan.
Hogan sempat menjual lini cheeseburger bermerek dari tahun 2007 hingga 2011, mencerminkan citra konsumsi cepat saji khas Amerika yang ia dukung. Kombinasi antara diet, cedera kronis, dan penggunaan zat tambahan seperti steroid memperbesar risiko komplikasi kesehatan, terutama penyakit jantung.
Kematiannya menambah daftar panjang pegulat profesional yang wafat di usia relatif muda. Rowdy Roddy Piper, rival ikonik Hogan, meninggal karena serangan jantung di usia 61 tahun. Dua nama besar lainnya, Michael "Hawk" Hegstrand dan Joe "Animal" Laurinaitis, juga tutup usia akibat hal serupa.
Tren ini memunculkan kekhawatiran akan pola hidup dan tekanan fisik yang dihadapi atlet gulat.
Salah satu faktor yang paling disorot adalah penggunaan steroid untuk meningkatkan performa tubuh. Dalam persidangan terhadap Vince McMahon, pendiri WWE, Hogan mengakui bahwa ia pernah menggunakan steroid anabolik. Ia mengatakan bahwa penggunaan zat tersebut “cukup umum” di kalangan pegulat WWF pada era 1980-an.
Pengakuan ini memperkuat dugaan bahwa penyalahgunaan steroid adalah isu sistemik dalam dunia gulat profesional.
Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan berlebih anabolic-androgenic steroids (AAS)—yang seharusnya digunakan untuk tujuan medis seperti pemulihan pascatrauma—berkorelasi langsung dengan risiko tinggi serangan jantung, aritmia, dan gagal jantung. Efek jangka panjangnya pun sulit dipulihkan, terlebih jika digunakan bersamaan dengan tekanan fisik ekstrem seperti dalam dunia gulat.
Meski Hogan pergi, warisannya tetap hidup sebagai ikon budaya pop dan simbol gulat era 80–90an. Namun kepergiannya juga menjadi pengingat akan bahaya yang tersembunyi di balik sorotan glamor panggung hiburan fisik ekstrem.
Risiko medis yang ditimbulkan oleh gaya hidup ekstrem harus menjadi perhatian serius, tak hanya bagi atlet tetapi juga bagi sistem dan industri yang melingkupinya.
Tinggalkan Komentar
Komentar