periskop.id - Pondok pesantren didorong untuk mengambil peran strategis dalam mendukung program prioritas nasional, khususnya di bidang ketahanan pangan dan energi. Ini lantaran pesantren dinilai memiliki potensi besar untuk tidak hanya mencetak generasi yang cerdas secara spiritual dan intelektual, tetapi juga mampu menjadi motor penggerak pemberdayaan ekonomi masyarakat.
"Pesantren bukan hanya pusat pendidikan dan dakwah, tetapi juga bisa menjadi pusat kemandirian pangan. Ini tentu mendukung program swasembada pangan dan energi yang menjadi prioritas Presiden," ujar Wakil Menteri Agama Romo Muhammad Syafi’i dalam keterangannya di Jakarta, Senin (28/7).
Ia mencontohkan pengelolaan lahan pertanian seluas 29 hektare oleh Ponpes eLKISI Mojokerto, yang hasilnya dibagikan kepada warga sekitar. Kontribusi pesantren terhadap bangsa sejatinya sudah berlangsung lama.
Ia menegaskan, pesantren adalah ibu kandung lahirnya negara Indonesia, karena banyak pejuang kemerdekaan berasal dari kalangan santri dan ulama.
"Gerakan melawan penjajahan di banyak daerah dimotori oleh para santri. Maka, tak berlebihan jika saya menyebut pesantren sebagai ibu kandung lahirnya negara Indonesia," ucapnya.
Romo Syafi’i juga mengapresiasi sistem pendidikan di Ponpes eLKISI yang dinilai berhasil menggali potensi santri sesuai dengan bakat dan minat. Hal ini terlihat dari kemampuan para santri menjawab hafalan hadits dengan lancar dan cemerlang.
Dengan potensi besar yang dimiliki, Wamenag berharap pesantren-pesantren di seluruh Indonesia bisa terus memperluas kontribusinya, baik dalam bidang pendidikan, dakwah, maupun ketahanan pangan sebagai bagian dari pembangunan nasional yang berkelanjutan.
"Santri harus dibina untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama, sebagaimana hadis Khoirunnas anfa’uhum linnas," ujarnya.
Sementara itu, Pengasuh Ponpes eLKISI Fathur Rohman menjelaskan pihaknya menjalankan sejumlah program sosial-keumatan. Program itu seperti pembagian 600 paket sembako setiap bulan dan program bedah rumah yang telah menjangkau lebih dari 30 keluarga.
"Pesantren ini milik umat, maka manfaatnya juga harus kembali ke umat. Kami menjadikan pesantren sebagai basis edukasi sekaligus pemberdayaan sosial," katanya.
Sekadar catatan, berdasarkan data Kementerian Agama (Kemenag), pada tahun 2024/2025, terdapat 42.433 pondok pesantren di seluruh Indonesia. Mayoritas pesantren ini berada di Pulau Jawa.
Jawa Barat tercatat sebagai provinsi dengan jumlah ponpes terbanyak di Indonesia, dengan 13.005. Diikuti Jawa Timur dengan 7.347 ponpes, lalu Banten dengan 6.776 ponpes dan Jawa Tengah 5.364 ponpes, kemudian Aceh yang memiliki 1.925 ponpes.
Jumlah tersebut bukan perkara statistik saja, namun harus dibaca sebagai potensi dan kontribusi dalam ikhtiar mencerdaskan bangsa, termasuk kontribusinya di sektor ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Ini karena tidak sedikit episentrum aktivitas ekonomi di beberapa daerah berada di sekitar pesantren
Tinggalkan Komentar
Komentar