periskop.id - PT Astra International (Persero) Tbk membukukan pendapatan bersih konsolidasian Grup pada sembilan bulan pertama tahun 2025 sebesar Rp243,6 triliun, 1% lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2024. 

Presiden Direktur Astra International, Djony Bunarto Tjondro mengatakan laba Grup selama sembilan bulan pertama tahun 2025 mengalami penurunan terutama disebabkan harga batu bara yang lebih rendah. 

Dia menyebut kontribusi yang solid dari bisnis-bisnis lainnya turut mendukung resiliensi kinerja Grup, dan kami perkirakan kinerja tahun 2025 masih akan sejalan dengan tren kinerja Grup saat ini. 

"Kami tetap fokus untuk menjaga disiplin keuangan dan keunggulan operasional, serta memanfaatkan kekuatan neraca keuangan kami untuk menangkap peluang pertumbuhan dan meningkatkan nilai bagi pemegang saham," kata Djony dalam keterangannya, Sabtu (1/11).

Djony memaparkan laba bersih Grup, tidak termasuk penyesuaian nilai wajar atas investasi di GoTo dan Hermina, mencapai Rp24,7 triliun, 6% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Jika memperhitungkan penyesuaian nilai wajar tersebut, maka laba bersih Grup menurun 5% menjadi Rp24,5 triliun. 

Hal ini terutama disebabkan oleh penurunan kontribusi dari bisnis jasa penambangan dan pertambangan batu bara yang sebagian diimbangi oleh kinerja yang lebih baik dari bisnis pertambangan emas, jasa keuangan, agribisnis dan infrastruktur, sementara kinerja otomotif secara umum stabil.

Adapun nilai aset bersih per saham pada 30 September 2025 naik sebesar 6% menjadi Rp5.609. Kas bersih, tidak termasuk anak perusahaan Jasa Keuangan Grup, mencapai Rp13,4 triliun pada 30 September 2025, meningkat dibandingkan Rp8,0 triliun pada 31 Desember 2024.

Sedangkan utang bersih anak perusahaan Jasa Keuangan Grup mencapai Rp64,6 triliun pada 30 September 2025, meningkat dibandingkan Rp60,2 triliun pada 31 Desember 2024.

Laba bersih grup berdasarkan divisi antara lain divisi Otomotif dan Mobilitas Grup meningkat 1% menjadi Rp8,8 triliun, didukung oleh bisnis sepeda motor dan komponen, meskipun volume penjualan mobil lebih rendah di tengah pasar nasional yang lemah.

Penjualan mobil secara nasional menurun 11% menjadi 562.000 unit pada sembilan bulan pertama tahun 2025, disebabkan oleh menurunnya daya beli pada segmen entry-level. 

"Pangsa pasar Astra menurun dari 56% menjadi 53%, terutama disebabkan oleh penurunan pangsa pasar Daihatsu, sementara pangsa pasar Toyota masih resilien," jelasnya.

Untuk penjualan sepeda motor secara nasional menurun kurang dari 1% menjadi 4,8 juta unit pada sembilan bulan pertama tahun 2025. Pangsa pasar PT Astra Honda Motor masih tetap stabil sebesar 77%.

Lalu, kontribusi laba bersih dari bisnis komponen otomotif Grup, PT Astra Otoparts Tbk, yang 80% sahamnya dimiliki oleh Perseroan, meningkat sebesar 15% menjadi Rp1,3 triliun pada sembilan bulan pertama tahun 2025, dengan peningkatan kontribusi dari semua segmen.

"Untuk laba bersih divisi Jasa Keuangan Grup meningkat 8% menjadi Rp6,7 triliun, disebabkan oleh peningkatan kontribusi dari bisnis pembiayaan konsumen dengan nilai portofolio pembiayaan yang meningkat," tutupnya.