periskop.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,87 poin atau 0,01 persen ke posisi 8.275,95 pada perdagangan Selasa, 4 November 2025. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 0,63 poin atau 0,07 persen ke posisi 843,35.

Sebelumnya, IHSG ditutup menguat di level 1.36% ke level 8275.08 pada perdagangan Senin (3/11). Saham sektor consumer cyclical membukukan kenaikan terbesar, sedangkan saham sektor properti mencatatkan koreksi terbesar. Optimisme akan membaiknya perekonomian domestik dan mengantisipasi kinerja pasar modal yang cenderung membaik pada akhir tahun, mendorong penguatan indeks.

Secara teknikal, IHSG diperkirakan berpotensi melanjutkan kenaikan. Tim Riset Phintraco Sekuritas mencermati adanya penyempitan negative slope MACD dan berpotensi terjadi Golden Cross. Sementara Stochastic RSI melanjutkan kenaikan di area pivot.

“Indikator A/D juga mengindikasikan terjadinya akumulasi. Sehingga IHSG diperkirakan berpotensi melanjutkan kenaikan menguji level 8300-8350,” tulis riset tersebut, Selasa (4/11). Pada perdagangan hari ini, saham-saham jagoan Phintraco Sekuritas antara lain, ASII, PTRO, ELSA, AKRA dan SCMA.

Penguatan IHSG terjadi seiring pengumuman data ekonomi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin (3/11). Meskipun inflasi domestik di Oktober 2025 merupakan level yang tertinggi sejak April 2024, namun masih dalam kisaran target BI di 1.5%-3.5%. Salah satu indikasi pemulihan konsumsi terlihat dari tren kenaikan inflasi ke 2.86% YoY di Oktober 2026, mendekati level tengah dari asumsi APBN di 3% YoY.

“Inflasi diperkirakan terus meningkat dalam level yang terkendali hingga Desember 2025, sebagai dampak dari kecenderungan peningkatan konsumsi masyarakat,” ulas Tim Riset Phintraco Sekuritas.

Indeks PMI manufacturing Indonesia tercatat meningkat pada level 51.2 di Oktober 2025 dari 50.4 di September 2025 (3/11), yang merupakan kenaikan selama tiga bulan berturut-turut. Neraca perdagangan Indonesia kembali membukukan surplus sebesar USD4.34 miliar di September 2025, turun dari surplus USD5.49 miliar di Agustus 2025, namun meningkat dari USD3.18 miliar di September 2024.

Ekspor tumbuh 11.41% YoY di September 2025, yang merupakan pertumbuhan tertinggi sejak Februari 2025, didorong oleh pertumbuhan permintaan dari Tiongkok (+12.79%). Sedangkan ekspor ke AS juga meningkat (+9.08%).