periskop.id - Di tengah perdebatan panjang soal kepribadian introver dan ekstrover, muncul istilah baru yang memantik rasa ingin tahu: otrover. Istilah ini diperkenalkan oleh psikiater Amerika Serikat, Dr. Rami Kaminski, untuk menggambarkan tipe kepribadian yang tak sepenuhnya cocok dengan dua kategori klasik tersebut. Pertama kali diperkenalkan pada 16 September 2025 melalui wawancara dan publikasi yang dilaporkan oleh Colombia One
Bagi banyak orang, label introver atau ekstrover terasa terlalu sempit. Ada yang merasa nyaman berinteraksi, tetapi tidak mencari keramaian. Ada pula yang bisa bersosialisasi dengan baik, namun lebih memilih hubungan personal yang mendalam. Di sinilah otrover menemukan tempatnya.
Seorang otrover digambarkan sebagai pribadi yang ramah, mampu membangun koneksi emosional yang kuat, namun tidak merasa perlu menjadi bagian dari kelompok besar. Mereka cenderung selektif dalam memilih lingkaran sosial, mengutamakan kualitas interaksi dibanding kuantitas.
Berbeda dengan ekstrover yang mendapatkan energi dari keramaian, otrover justru bisa merasa lelah jika terlalu lama berada di tengah banyak orang. Namun, tidak seperti introver yang cenderung menghindari interaksi sosial, otrover tetap menikmati pertemuan tatap muka, asal dengan orang yang tepat.
Kaminski menjelaskan, otrover sering kali hadir di pesta atau acara sosial, tetapi hanya berinteraksi dengan segelintir orang yang benar-benar “klik” dengannya. Mereka bukan anti-sosial, melainkan sangat sadar akan batas energi dan kenyamanan pribadi.
Dalam dunia kerja, otrover kerap menjadi jembatan antara dua kutub kepribadian. Mereka cukup percaya diri untuk memimpin rapat atau presentasi, namun juga mampu bekerja fokus secara mandiri. Fleksibilitas ini membuat mereka adaptif di berbagai situasi.
Secara emosional, otrover cenderung mandiri. Mereka tidak bergantung pada validasi kelompok, tetapi tetap menghargai dukungan dari orang-orang terdekat. Hal ini membuat mereka tahan terhadap tekanan sosial, sekaligus mampu menjaga integritas diri.
Jika introver sering diasosiasikan dengan pemikiran mendalam dan ekstrover dengan spontanitas, otrover berada di tengah: mereka bisa reflektif sekaligus responsif. Kombinasi ini memberi mereka keunggulan dalam membangun hubungan yang tulus dan bertahan lama.
Meski istilah ini baru, banyak orang yang merasa akhirnya menemukan label yang sesuai. Otrover bukan sekadar kategori tambahan, melainkan pengakuan bahwa spektrum kepribadian manusia jauh lebih kompleks daripada sekadar “pendiam” atau “supel”.
Kaminski berharap pengenalan konsep otrover dapat membantu orang memahami diri sendiri dan orang lain dengan lebih baik. “Tidak semua orang cocok dengan kotak yang sudah ada. Kadang, kita perlu membuat kotak baru,” ujarnya.
Tinggalkan Komentar
Komentar