periskop.id - iRobot (IRBT.O), produsen penyedot debu robotik Roomba, mengajukan perlindungan kebangkrutan pada Minggu waktu setempat. Perusahaan menyatakan akan menjadi perusahaan tertutup (go private) setelah diakuisisi oleh Picea Robotics, yang selama ini menjadi mitra manufaktur utamanya.
Perusahaan yang pada Maret lalu sempat menyuarakan kekhawatiran soal kelangsungan usahanya ini mengajukan perlindungan kebangkrutan Chapter 11 ke pengadilan kebangkrutan di Delaware. Langkah tersebut ditempuh di tengah tekanan persaingan yang semakin ketat dari produk pesaing berharga lebih murah, serta dampak tarif impor baru yang diberlakukan Amerika Serikat.
Sepanjang 2024, iRobot mencatatkan total pendapatan sekitar US$682 juta. Namun, profitabilitas perusahaan tergerus oleh persaingan, terutama dari produsen asal China seperti Ecovacs Robotics. Meski iRobot masih mendominasi pasar utama seperti Amerika Serikat dan Jepang, tekanan kompetisi memaksa perusahaan menurunkan harga jual sekaligus menggelontorkan investasi besar untuk peningkatan teknologi, sebagaimana tercantum dalam dokumen pengadilan kebangkrutan.
Selain itu, tarif baru AS turut memperburuk kondisi keuangan perusahaan. Salah satu yang paling berdampak adalah tarif sebesar 46% untuk impor dari Vietnam, negara tempat iRobot memproduksi vacuum cleaner untuk pasar AS. Tarif tersebut meningkatkan biaya perusahaan hingga US$23 juta pada 2025 dan menyulitkan perencanaan bisnis ke depan, menurut dokumen pengadilan iRobot.
Melansir Reuters, Selasa (16/12), iRobot juga tercatat memiliki utang sekitar US$190 juta. Beban tersebut berasal dari pinjaman pada 2023 yang digunakan untuk membiayai ulang operasional perusahaan, saat rencana akuisisi senilai US$1,4 miliar oleh Amazon.com (AMZN.O) terhambat oleh penyelidikan otoritas persaingan di Eropa. Setelah kesepakatan dengan Amazon batal dan iRobot tertinggal dalam pembayaran kepada Picea, produsen berbasis di China tersebut kemudian mengakuisisi utang iRobot dari sekelompok dana investasi yang dikelola oleh Carlyle Group, berdasarkan dokumen pengadilan.
Dalam rencana restrukturisasi kebangkrutan, Picea akan mengambil alih 100% kepemilikan saham iRobot. Picea juga akan menghapus sisa utang US$190 juta dari pinjaman 2023, serta tambahan utang sebesar US$74 juta yang dimiliki iRobot kepada Picea berdasarkan perjanjian manufaktur kedua perusahaan. Sementara itu, kreditur dan pemasok lainnya akan dibayar penuh.
Manajemen iRobot menegaskan bahwa proses kebangkrutan ini tidak diperkirakan akan mengganggu fungsi aplikasi, program pelanggan, mitra global, hubungan rantai pasok, maupun dukungan produk.
Perusahaan yang masih membukukan kerugian ini sempat memiliki valuasi hingga US$3,56 miliar pada 2021, terdorong lonjakan permintaan selama pandemi. Namun, saat ini nilai iRobot menyusut drastis menjadi sekitar US$140 juta, berdasarkan data LSEG.
iRobot didirikan pada 1990 oleh tiga ahli robotika dari Massachusetts Institute of Technology (MIT). Pada awalnya, perusahaan berfokus pada proyek pertahanan dan antariksa, sebelum meluncurkan vacuum cleaner robotik Roomba pada 2002. Produk tersebut langsung meraih sukses besar.
Saat ini, Roomba menguasai sekitar 42% pangsa pasar penyedot debu robotik di Amerika Serikat dan 65% di Jepang, menurut data perusahaan. iRobot berkantor pusat di Bedford, Massachusetts, dan mempekerjakan 274 karyawan, sebagaimana tercantum dalam dokumen pengadilan.
Tinggalkan Komentar
Komentar