periskop.id - Harga emas menguat tipis pada Selasa, ditopang pelemahan dolar AS, di tengah sikap investor yang menunggu rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat menjelang akhir tahun. Data tersebut dinilai krusial untuk membaca arah kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed) pada tahun depan.
Melansir Reuters, Selasa (16/12), harga emas spot naik 0,1% ke level US$4.311,64 per ons pada pukul 02.30 GMT. Penguatan ini melanjutkan reli sepanjang tahun yang telah melampaui 64%, sekaligus mencetak sejumlah rekor harga baru.
Sementara itu, kontrak berjangka emas AS relatif stabil di posisi US$4.333,20 per ons. Dolar AS bergerak mendekati level terendah dua bulan pada perdagangan awal Asia, yang turut memberikan dukungan bagi harga emas berdenominasi dolar.
“Kinerja dolar masih cenderung lemah dan hal ini membantu menjaga harga emas tetap menguat. Pasar meyakini The Fed bisa saja meremehkan jumlah penurunan suku bunga tahun depan,” ujar Chief Market Analyst KCM Trade, Tim Waterer.
Berdasarkan CME FedWatch Tool, pelaku pasar mematok probabilitas sebesar 76% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Januari. Bahkan, sebagian pelaku pasar memperkirakan akan ada dua kali pemangkasan suku bunga. Rangkaian data ekonomi AS yang dirilis pekan ini diharapkan dapat memberi petunjuk baru terkait seberapa cepat The Fed akan melonggarkan kebijakan moneternya pada 2026.
Waterer menambahkan, jika data pasar tenaga kerja kembali menegaskan bahwa sektor ketenagakerjaan masih menjadi titik lemah, harga emas berpotensi mendapat dorongan tambahan karena memperkuat argumen penurunan suku bunga lebih awal.
Di sisi lain, Gubernur The Fed Stephen Miran menyampaikan bahwa inflasi yang masih berada di atas target saat ini tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi fundamental penawaran dan permintaan. Menurutnya, tekanan harga yang terjadi sebenarnya sudah mendekati target inflasi bank sentral sebesar 2%.
Laporan gabungan ketenagakerjaan AS untuk Oktober dan November yang dijadwalkan rilis pada Selasa ini juga disebut tidak akan memuat sejumlah detail penting. Hal ini disebabkan oleh penghentian sementara operasional pemerintah (government shutdown) yang membatasi pengumpulan data, termasuk data tingkat pengangguran Oktober.
Emas, yang tidak memberikan imbal hasil, umumnya diuntungkan dalam lingkungan suku bunga rendah. Analis ANZ menyoroti adanya risiko kenaikan lanjutan dan memperkirakan harga emas berpeluang menguji level US$5.000 per ons pada tahun depan.
Sementara itu, harga perak spot turun 1,2% ke level US$63,11 per ons, meski masih bergerak dekat dengan rekor tertinggi yang tercapai pada Jumat lalu di US$64,65 per ons.
Waterer menyebut perak masih mempertahankan tren bullish karena permintaan industri belum menunjukkan tanda-tanda melemah. Harga perak telah melonjak 121% sepanjang tahun ini, didorong oleh permintaan industri dan investasi yang kuat serta menipisnya persediaan.
Untuk logam mulia lainnya, harga platinum spot naik 1,9% ke US$1.816,15 per ons, sementara palladium menguat 0,6% ke level US$1.576,25 per ons.
Tinggalkan Komentar
Komentar