periskop.id - Setiap tahun, warga Jakarta memiliki tradisi mudik yang sudah mencjadi ciri khas. Namun, ada satu lagi tradisi yang juga selalu terjadi di Ibu Kota namun tak sepopuler mudik, yakni fenomena galian jalan akhir tahun.
Tahun demi tahun mungkin berganti, namun pemandangan tentang fenomena galian jalan akhir tahun ini selalu serupa, entah pengerjaan jaringan kabel listrik, telekomunikasi, saluran air, perbaikan trotoar, atau sesederhana mengaspal ulang ruas jalan yang bahkan terasa tidak benar-benar rusak.
Fenomena ini pun menimbulkan pertanyaan publik, mengapa pekerjaan umum selalu menumpuk di penghujung tahun?
Pengamat kebijakan publik dari Universitas Indonesia, Agus Pambagio, menilai fenomena ini erat kaitannya dengan pola serapan anggaran pemerintah daerah.
“Banyak proyek baru bisa berjalan di kuartal akhir karena proses administrasi panjang. Akibatnya, pengerjaan fisik menumpuk di akhir tahun,” jelas Agus.
Proses administrasi itu pun didukung perihal lainnya soal proses tender. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengakui bahwa proses tender dan lelang proyek sering memakan waktu lama. Proses yang molor ini bahkan umum disebabkan oleh birokrasi di dalam badan atau antar lembaga.
Lebih jauh, fenomena ini juga tidak lepas dari ide terus berkembangnya Jakarta sebagai Ibu Kota. Sejumlah proyek besar multi tahun seperti MRT, LRT, sistem jaringan utilitas terpadu (SJUT), hingga perbaikan drainase menjadi penguat fenomena ini untuk terjadi bahkan sepanjang tahun.
Jakarta di Peringkat Kota Dunia
Mungkin tidak seburuk Caracas, Yangon, atau Mogadishu, namun Jakarta pada tahun 2024 hanya bisa bertengger di posisi ke-74 dunia dalam peringkat Global Cities Index yang diterbitkan Oxford Economics.
Penilaian yang didasarkan pada kategori ekonomi, modal manusia, kualitas hidup, lingkungan dan tata kelola ini membuat Jakarta yang kita banggakan masih sangat jauh untuk mendekati Tokyo yang ada di peringkat 9, atau Seoul di peringkat 12.
Bahkan jika kita berpikir Singapura saja sudah cukup nyaman, negara yang juga suka dirasa seperti kota ini bahkan ada di peringkat 42.
Rahasia Umum untuk Publik
Bagi publik, dampak paling nyata dari fenomena galian akhir tahun ini adalah kemacetan yang semakin parah, mengingat tanpa fenomena ini pun Jakarta bisa dengan mudah macet.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Transportasi Jakarta menilai, pola pengerjaan akhir tahun ini menunjukkan lemahnya perencanaan dalam pembangunan Ibu Kota.
“Jika perencanaan matang, proyek bisa tersebar sepanjang tahun, bukan menumpuk di Desember,” kata Koordinator LSM tersebut.
Tanpa perlu menanti tahun depan, seharusnya fenomena ini bisa diangkat menjadi isu besar yang harus mendapatkan perhatian.
Entah bagaimana caranya, para pejabat pemerintah seharusnya bisa berkoordinasi antar lembaga dan meramu perencanaan yang lebih disiplin, seamless dan efisien. Bukan bergabung dalam kemacetan sembari minta didahulukan dengan "tot tot wuk wuk".
Tinggalkan Komentar
Komentar