periskop.id - Kasus yang menjerat YouTuber sekaligus streamer Resbob alias Muhammad Adimas Firdaus Putra Nasihan viral di media sosial dan menjadi perbincangan publik. Hal ini lantaran ia membuat video siaran langsung yang mengandung ujaran kebencian. Dalam siaran langsung itu, ia melontarkan hinaan kepada suku Sunda dan pendukung klub bola Persib Bandung, Viking, dengan kata umpatan “anjing”. Ucapan itu dinilai sangat kasar dan tidak beradab oleh warganet.

Merespon hal itu, ia pun langsung membuat video klarifikasi yang berisi permintaan maaf kepada pendukung klub Persib dan masyarakat Sunda. Ia menyatakan bahwa ucapan yang dilontarkan dari mulutnya sangat tidak dibenarkan dan tidak seharusnya keluar. Ia juga sempat mengakui ketika kejadian itu berlangsung dirinya dalam pengaruh alkohol.

Atas perbuatannya itu, ia pun dilaporkan ke polisi oleh penggemar Persib dan elemen masyarakat Rumah Aliansi Sunda Ngahiji. Perbuatannya itu diduga telah melanggar Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Dari kasus yang menjerat Resbob, publik pun penasaran pada sejarah suku Sunda dan ragam kebudayaannya. Membahas keberagaman suku menjadi hal penting untuk menambah wawasan sekaligus menumbuhkan sikap saling menghargai terhadap suku lain. Setiap suku pastinya memiliki adat istiadat dan budaya sopan santun yang harus dihormati.

Bagaimana Sejarah Suku Sunda?

Asal usul suku Sunda diketahui berawal dari nenek moyang suku Sunda keturunan Austronesia yang memiliki ras Mongoloid. Ras ini tersebar dari Taiwan hingga Hawaii. Kemudian, bermigrasi ke Filipina sampai akhirnya tiba di pulau Jawa sekitar 1.500−1.000 sebelum masehi. Suku Sunda menduduki hampir seluruh pulau Jawa bagian barat. Suku Sunda ini terbagi menjadi dua, yaitu Sunda Priangan dan Sunda Banten. 

Melansir dari britannica, suku Sunda pertama kali tercatat pada masa kerajaan Indo-Jawa yang memiliki corak Brahmanisme. Kerajaan-kerajaan ini muncul pada abad ke-8 Masehi. Periode berikutnya, suku Sunda menerima ajaran Buddha Mahayana yang dianut oleh para raja Dinasti Syailendra.

Kemudian, Islam baru masuk pada abad ke-16 lewat jalur perdagangan muslim. Masyarakat Banten dikenal menganut Islam dengan sangat kuat. Meski begitu, unsur-unsur Hindu dan kepercayaan lokal masih belum bisa lepas dari kehidupan masyarakat Sunda.

Kata Sunda sendiri awalnya dari kata “sunda” atau “suddha”. Dalam bahasa Sanskerta, kata ini memiliki arti ‘bersinar’, ‘terang’, ‘berkilau’, atau ‘putih’. Sementara dalam bahasa Kawi atau Bali, kata ini memiliki arti ‘bersih’, ‘suci’, dan ‘murni’.

Hal-Hal Unik dari Suku Sunda

Sulit Mengucapkan Huruf “F”

Orang sering mengalami kesulitan dalam menyebutkan huruf “F”. Biasanya mereka menyebut huruf “F” menjadi huruf “P”. Hal ini karena dalam aksara dan bahasa Sunda Kuno tidak mengenal huruf “F”.

Sangat Suka Lalapan

Orang Sunda cukup menyukai lalapan. Dalam menu makanan sehari-hari, lalapan akan selalu ada bersama dengan sambal.

Memiliki Pedoman Lima Watak

Orang Sunda memiliki pedoman lima watak yang mewarisi generasi ke generasi. Pedoman watak tersebut, di antaranya:

1.Singer

Watak yang harus mengedepankan ketelitian dan tidak ceroboh ketika melakukan kegiatan apapun atau bekerja.

2. Pinter

Memiliki makna kalau orang Sunda memiliki kemampuan dalam menguasai ilmu pengetahuan dan belajar dengan baik.

3. Bener

Bermakna setiap apa yang dikatakan harus sesuai dengan apa yang terjadi.

4. Cageur

Bermakna kalau orang Sunda harus punya tubuh yang sehat agar bisa menjalani pekerjaan dengan baik.

5. Bageur

Memiliki makna kalau orang Sunda harus punya sifat saling mengasihi antarmanusia.

Kebudayaan Suku Sunda

Rumah Adat Sunda

Suku Sunda memiliki beberapa rumah adat dengan bentuk dan nama yang berbeda. Berikut rumah adat Sunda.

1. Rumah Adat Capit Gunting

Rumah ini berbentuk panjang ke belakang. Rumah adat ini seperti rumah pada umumnya yang memilikii kamar tidur, ruang tengah, dapur, dan teras. Fungsi dari rumah ini untuk menyimpan padi.

2. Rumah Adat Julang Ngapak

Bentuk rumah ini melebar pada bagian sisi kanan dan kirinya mirip seperti burung yang sedang terbang. Rumah ini berfungsi untuk melindungi keluarga dari hujan karena aman dari kebocoran.

3. Rumah Jolopong

Rumah ini memiliki bentuk dua atap yang dipisahkan dengan ujung atap yang memiliki bentuk sama panjang dengan sisi bawah atap. Rumah Jolopong berfungsi menyimpan beras dan menerima tamu.

Bahasa yang Digunakan Suku Sunda

Suku Sunda mempunyai bahasa sehari-hari yang digunakan untuk komunikasi sehari-hari. Selain itu, terdapat beberapa dialek yang digunakan oleh suku Sunda. Dialek ini tergantung dari beberapa wilayah tertentu.

1. Dialek Bahasa Sunda Banten

Digunakan oleh orang Sunda yang mendiami wilayah Banten. 

2. Dialek Sunda Utara

Digunakan oleh orang Sunda yang mendiami wilayah Bogor dan sekitar pantai utara. 

3. Dialek Sunda Selatan

Digunakan oleh orang Sunda yang mendiami wilayah Priangan, seperti Sumedang, Bandung, Cimahi, Garut, dan Tasikmalaya. 

4. Dialek Sunda Timur Laut

Digunakan oleh orang Sunda yang mendiami wilayah Kuningan dan Cirebon. 

5. Dialek Sunda Tengah Timur

Digunakan oleh orang Sunda yang mendiami wilayah Kuningan dan Majalengka. 

6. Dialek Sunda Tenggara

Digunakan oleh orang Sunda yang mendiami wilayah Banjar, Ciamis, dan beberapa wilayah di Jawa Tengah.