periskop.id - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan bahwa realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga akhir Agustus 2025 menunjukkan posisi defisit sebesar Rp321,6 triliun. 

Angka ini, setara dengan 1,35% dari Produk Domestik Bruto (PDB), mengindikasikan perlunya percepatan belanja pemerintah agar sesuai dengan target desain APBN untuk sisa tahun ini.

“Defisit APBN Rp321,6 triliun atau 1,35% dari PDB, keseimbangan primer masih Rp22,0 triliun rupiah,” papar Purbaya dalam Konferensi Pers APBN Kita edisi Agustus 2025 di Kantor Kementerian Keuangan, Senin (22/9).

Posisi defisit tersebut tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Pada Agustus 2024, defisit APBN berada di angka Rp153,4 triliun atau sekitar 0,69% dari PDB kala itu.

Adapun jika disandingkan dengan target dalam laporan semester (lapsem) 2025 yang sebesar Rp662 triliun, maka realisasi defisit hingga Agustus ini baru mencapai 20,0%.

Purbaya, yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), merinci bahwa realisasi belanja negara sampai 31 Agustus 2025 telah mencapai Rp1.960,3 triliun. 

Jumlah ini setara dengan 55,6% dari pagu outlook lapsem sebesar Rp3.527,5 triliun. Secara tahunan (year-on-year), angka belanja ini menunjukkan pertumbuhan 1,5% dari posisi Agustus 2024 yang sebesar Rp1.930,7 triliun.

Sementara itu, di sisi pendapatan negara, realisasinya hingga akhir Agustus 2025 adalah sebesar Rp1.638,7 triliun. Capaian ini merupakan 57,2% dari outlook lapsem yang ditargetkan senilai Rp2.865,5 triliun.

Namun, realisasi pendapatan negara ini tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp1.777,3 triliun.

“Pendapatan negara itu Rp1.638,7 triliun, itu 57,2% terhadap outlook-nya. Belanja negara mencapai Rp1.960,3 triliun, 55,6% terhadap outlook,” tambah Purbaya.