periskop.id - Bank Indonesia mencatat Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tetap terjaga dengan baik sehingga mendukung ketahanan eksternal. Kondisi ini menunjukkan stabilitas posisi ekonomi Indonesia di tengah dinamika global.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan, transaksi berjalan diperkirakan mencatat surplus pada kuartal III 2025, sejalan dengan kenaikan ekspor nonmigas. Kenaikan tersebut ditopang oleh ekspor minyak kelapa sawit (CPO) ke India, logam mulia dan perhiasan ke Swiss, serta batu bara ke China. Selain transaksi berjalan, Perry menyoroti transaksi modal dan finansial.

“Dari transaksi modal dan finansial, penanaman modal langsung diprakirakan tetap positif sejalan dengan prospek ekonomi domestik yang baik. Sedangkan investasi portofolio diprakirakan mengalami net outflow seiring meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global," kata Perry dalam konferensi pers RDG, Rabu (19/11).

Perry juga membeberkan investasi portofolio hingga 17 November 2025 membaik dengan mencatat aliran masuk (net inflow) sebesar US$1,8 miliar. Aliran masuk ini terutama ditopang oleh investasi ke saham, yang menunjukkan ketertarikan investor terhadap pasar modal domestik.

Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2025 tercatat meningkat menjadi US$149,9 miliar. Angka ini setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Perry menekankan bahwa kondisi cadangan devisa tersebut menunjukkan ketahanan finansial Indonesia. Cadangan devisa yang cukup mendukung kemampuan negara untuk membiayai impor dan pembayaran utang luar negeri, meski menghadapi ketidakpastian ekonomi global.

Secara keseluruhan, NPI 2025 diprakirakan tetap berdaya tahan. Transaksi berjalan keseluruhan tahun 2025 diperkirakan berada pada kisaran surplus 0,1% hingga defisit 0,7% dari PDB, yang mencerminkan stabilitas neraca eksternal sepanjang tahun.

“NPI pada 2026 diprakirakan tetap baik, didukung defisit transaksi berjalan yang rendah dan sehat, serta aliran modal yang meningkat sejalan dengan prospek ekonomi Indonesia yang lebih baik," terang Perry.