periskop.id - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres dengan tegas menyerukan para pemimpin dunia untuk memilih jalan kerja sama dan perdamaian di tengah berbagai krisis global.
Ia memperingatkan bahwa dunia saat ini telah memasuki "era penderitaan manusia yang tiada henti" di mana pilar-pilar kemajuan dan keamanan internasional mulai runtuh.
Dalam pidato pembukaannya pada sesi Debat Umum Sidang Majelis Umum ke-80 PBB di New York, Selasa (23/9), Guterres mengingatkan kembali prinsip dasar lahirnya PBB.
"Kerja sama, bukan kekacauan. Hukum, bukan pelanggaran hukum. Perdamaian, bukan konflik. Pilihan itulah yang melahirkan Perserikatan Bangsa-Bangsa, bukan sebagai mimpi akan kesempurnaan, tetapi sebagai strategi nyata demi kelangsungan hidup umat manusia," katanya.
Guterres menggambarkan lanskap global yang suram, ditandai oleh kekerasan, kelaparan, dan bencana iklim. Ia menyebut berbagai krisis mulai dari invasi militer, kelaparan yang dijadikan senjata, hingga disinformasi yang merajalela sebagai peringatan bagi para pemimpin dunia.
"Dunia seperti apa yang akan kita pilih? Apakah dunia yang dikuasai oleh kekuatan semata atau dunia yang dijalankan oleh hukum?" tanyanya retoris.
Ia juga menyoroti dunia yang semakin multipolar. Menurutnya, hal ini bisa menjadi positif jika diimbangi dengan institusi multilateral yang efektif.
Namun, ia memperingatkan bahwa multipolaritas tanpa kerja sama yang kuat justru akan mengundang kekacauan, seperti yang dialami Eropa sebelum Perang Dunia I.
Guterres menekankan bahwa kerja sama internasional bukanlah sikap naif, melainkan sebuah pragmatisme yang berlandaskan akal sehat, karena tidak ada satu negara pun yang dapat mengatasi tantangan global sendirian.
"Semua ini adalah ujian global, bagi sistem kita, solidaritas kita, dan keteguhan tekad kita. Saya yakin kita bisa melewati ujian-ujian ini dan kita harus, karena rakyat di seluruh dunia menuntut sesuatu yang lebih baik," tegasnya.
Pidato Guterres menjadi pembuka resmi sesi Debat Umum yang kemudian dilanjutkan oleh pidato dari para pemimpin negara anggota PBB, diawali oleh Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, Presiden AS Donald Trump, dan Presiden Indonesia Prabowo Subianto.
Tinggalkan Komentar
Komentar