periskop.id - Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa individu yang menggunakan ganja untuk meredakan penyakit fisik atau kondisi mental seperti kecemasan dan depresi berisiko lebih tinggi mengalami paranoia. Temuan ini berbanding terbalik dengan mereka yang menggunakan ganja untuk tujuan rekreasional.
Berdasarkan laporan dari The Guardian, Rabu (27/8), riset yang dipublikasikan di British Medical Journal ini menganalisis jawaban dari 3.389 pengguna ganja, baik yang masih aktif maupun mantan pengguna, melalui survei bernama Cannabis&Me. Peserta survei berusia di atas 18 tahun dan tidak memiliki riwayat psikosis.
Penelitian yang dipimpin oleh akademisi dari King's College London ini mengungkap bahwa pengguna ganja untuk pengobatan sendiri cenderung memiliki skor paranoia yang lebih tinggi. Sebaliknya, skor terendah ditemukan pada mereka yang menggunakan ganja hanya untuk kesenangan atau rasa ingin tahu.
Korelasi Konsumsi Ganja dan Masalah Kesehatan Mental
Survei juga menunjukkan adanya korelasi antara konsumsi ganja dan masalah kesehatan mental. Rata-rata responden mengonsumsi 206 unit THC (zat aktif dalam ganja) per minggu. Namun, mereka yang menggunakan ganja untuk kecemasan atau depresi melaporkan konsumsi yang jauh lebih tinggi, yakni 248 dan 254,7 unit per minggu.
Profesor riset psikiatri dari King's College London, Robin Murray, memperingatkan bahwa ganja bukanlah obat medis seperti yang banyak dipercayai.
"Saya pikir banyak orang yang tahu ganja bisa menyebabkan psikosis lalu berkata ‘itu tidak berlaku untuk saya’. Itu tidak benar," ujar Robin Murray.
Ia menambahkan bahwa penggunaan ganja memiliki efek yang kurang lebih mirip seperti mengonsumsi alokohol.
"Yang bisa kami tunjukkan lewat studi ini adalah efek ganja mirip alkohol atau makanan: semakin banyak yang dikonsumsi, semakin besar masalah yang ditimbulkan. Bertentangan dengan yang dikatakan internet, ganja bukan obat medis. Kini ada 40 klinik swasta di seluruh Inggris yang membagikan ganja sebagai pengobatan, kebanyakan untuk sakit, cemas, dan depresi. Justru kondisi-kondisi inilah yang membuat orang makin bermasalah dan menjadi lebih paranoid," ungkap Murray.
Pentingnya Edukasi dan Penanganan Dini
Dr. Emily Finch, Ketua Fakultas Adiksi di Royal College of Psychiatrists, menegaskan bahwa temuan ini memperkuat penelitian sebelumnya mengenai dampak buruk ganja pada kesehatan mental.
"Temuan penting ini menegaskan penelitian sebelumnya yang menunjukkan ganja bisa memberi dampak buruk signifikan pada kesehatan mental pengguna. Masyarakat harus lebih sadar akan bukti kuat mengenai bahaya ganja, dan meluruskan kesalahpahaman bahwa ganja bukan zat adiktif," katanya.
Finch menyebut ganja sebagai zat ilegal yang paling banyak digunakan di Inggris. Sekitar sepertiga penggunanya akan mengalami masalah adiksi. Ia juga menekankan bahwa penggunaan ganja berkadar tinggi setiap hari meningkatkan risiko gangguan psikotik hingga lima kali lipat, dengan remaja sebagai kelompok paling rentan.
Ia mendesak pemerintah Inggris untuk memperkuat layanan kesehatan mental, terutama dalam penanganan penyalahgunaan zat. Fokus pada penanganan dini bagi anak-anak dan remaja dianggap krusial untuk mencegah dampak jangka panjang.
Dalam studi terpisah yang diterbitkan di jurnal Psychological Medicine, terungkap bahwa 52% pengguna ganja memiliki riwayat trauma masa kecil. Mereka yang mengalami kekerasan fisik atau emosional memiliki skor paranoia 35-40% lebih tinggi. Responden dengan riwayat kekerasan seksual juga tercatat mengonsumsi THC lebih banyak.
Tinggalkan Komentar
Komentar