periskop.id - Pemilik mayoritas KTM, Bajaj Auto kembali memunculkan perdebatan. Rajiv Bajaj, Direktur Utama Bajaj Auto, menilai merek asal Austria itu sebaiknya hanya dipertahankan sebagai nama, sementara produksinya dipindahkan ke Asia mengikuti jejak Triumph.
Bajaj Auto yang berbasis di India kini menguasai 75% saham KTM. Perusahaan ini juga menjadi mitra Triumph dalam memproduksi motor 400cc yang laris di pasar global. Dalam wawancara yang dilansir dari Visordown, Rajiv Bajaj menyampaikan pandangan blak-blakan soal masa depan KTM.
“Secara sederhana dan terus terang, manufaktur Eropa sudah mati,” ujarnya. “Setiap motor Triumph yang diproduksi saat ini dibuat di Thailand atau, belakangan, di India. Jika Triumph bisa melakukan ini 15 tahun lalu, mengapa KTM tidak?”
Ia menekankan bahwa KTM seharusnya lebih fokus pada identitas merek dan produk yang dihasilkan, bukan lokasi produksinya.
“Meskipun tampak sama, ada dua dunia sepeda motor. Pertama, merek volume seperti Honda, Yamaha, Royal Enfield, TVS, Bajaj. Kedua, merek premium dan gaya hidup seperti KTM, Triumph, Ducati, BMW, Harley. Model bisnis keduanya sangat berbeda,” jelas Rajiv.
Menurutnya, skala produksi bukanlah faktor utama bagi KTM.
“Yang lebih penting adalah kualitas. Selama enam bulan terakhir kami bergulat dengan hal ini. Peta jalan kami bertumpu pada dua hal, pertama, mengembalikan kekuatan merek, kedua, mereset biaya,” katanya.
Salah satu cara menekan biaya, lanjut Rajiv, adalah memindahkan produksi keluar dari Eropa.
Ia mencontohkan saat KTM kesulitan di Eropa, model yang dibuat dan diekspor dari India justru memberi margin EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) lebih dari 30%. Alasannya adalah daya saing biaya dan rantai pasok India yang sangat kuat.
Namun, Rajiv juga menyoroti masalah identitas merek KTM. Menurutnya, sebelum terpuruk, KTM terlalu banyak memperluas lini produk.
“Seperti yang kadang terjadi saat sukses, merek menjadi kurang berkarakter karena masuk ke terlalu banyak kategori dan segmen,” ujarnya.
Ia menegaskan KTM harus kembali ke inti identitasnya. KTM perlu mengembalikan merek ke akar dan menyingkirkan kompleksitas akibat terlalu banyak produk. Meski begitu, ia tidak merinci model mana yang akan dipertahankan atau dihentikan.
Faktanya, KTM belakangan meluncurkan sejumlah model enduro dan tengah mengembangkan 490 Adventure untuk menggantikan 390 Adventure. Namun, peluncuran motor besar seperti 1390 Super Duke GT justru ditunda hingga 2027.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan, apakah strategi tersebut tepat untuk mengembalikan citra premium KTM?
Namun, satu yang pasti, meski ada langkah maju, selepas bebas dari kebangkrutan, perjalanan KTM untuk keluar dari masa sulit masih panjang.
Tinggalkan Komentar
Komentar