periskop.id - China kembali mencatat tonggak penting dalam pengembangan kendaraan listrik. GAC Group resmi menyelesaikan lini produksi baterai all-solid-state berkapasitas besar kelas “60 Ah+”, yang diklaim mampu mendongkrak jarak tempuh mobil listrik hingga dua kali lipat dibanding baterai konvensional.
Melansir CarNewsChina, produksi awal dilakukan dalam skala kecil sebagai uji coba. Sel baterai ini dirancang untuk kendaraan dengan kapasitas lebih dari 60 Ah. Jika diintegrasikan, mobil listrik yang umumnya hanya menempuh 500 km sekali pengisian kini dapat melaju lebih dari 1.000 km.
Istilah “60 Ah+” merujuk pada kapasitas setiap sel baterai dalam ampere-jam. Secara teori, satu sel 60 Ah mampu memasok arus 60 ampere selama satu jam penuh.
Semakin tinggi kapasitas per sel, semakin besar energi yang tersimpan, sehingga jarak tempuh kendaraan meningkat ketika beberapa sel dirakit menjadi satu paket baterai.
Keunggulan utama baterai all-solid-state terletak pada penggunaan elektrolit padat, bukan cair. Teknologi ini memberikan stabilitas termal lebih baik serta tingkat keamanan yang lebih tinggi. Elektrolit padat juga mampu menahan panas hingga 300–400 °C, jauh di atas baterai lithium-ion konvensional yang hanya bertahan sekitar 200 °C.
Direktur riset GAC, Qi Hongzhong, menegaskan bahwa kepadatan energi sel solid-state terbaru hampir dua kali lipat dibanding baterai konvensional.
“Kendaraan yang saat ini dapat menempuh 500 km dalam satu kali pengisian berpotensi mencapai lebih dari 1.000 km dengan sel tersebut,” ujarnya.
Selain itu, GAC mengadopsi proses produksi anoda “kering” yang menggabungkan pencampuran slurry, pelapisan, dan proses rolling dalam satu langkah. Teknik ini diklaim meningkatkan efisiensi sekaligus menekan konsumsi energi.
Lini produksi baru bahkan mampu mencapai kapasitas areal hingga 7,7 mAh/cm², melampaui standar produksi berbasis cair yang rata-rata di bawah 5 mAh/cm².
Rencana integrasi baterai ke kendaraan dalam jumlah terbatas dijadwalkan pada 2026. Produksi massal diproyeksikan berlangsung bertahap antara 2027 hingga 2030. Namun, komersialisasi teknologi ini tetap bergantung pada investasi, pasokan material elektrolit padat yang stabil, serta validasi keamanan jangka panjang.
Secara global, riset baterai solid-state memang tengah menjadi fokus banyak produsen. Toyota, misalnya, menargetkan komersialisasi baterai solid-state pada akhir dekade ini, sementara perusahaan seperti QuantumScape di AS juga mengklaim kemajuan signifikan dalam pengembangan purwarupa. Meski begitu, hingga kini belum ada produsen yang berhasil memproduksi massal dalam skala besar.
Menurut laporan International Energy Agency (IEA), baterai solid-state berpotensi menurunkan biaya kepemilikan kendaraan listrik hingga 30% dalam jangka panjang karena daya tahan lebih tinggi dan siklus pengisian yang lebih efisien. Namun, tantangan terbesar tetap pada biaya produksi dan ketersediaan material elektrolit padat.
Dengan pencapaian ini, GAC menempatkan dirinya sebagai salah satu pionir di China dalam memproduksi sel solid-state berformat besar.
Kecepatan peningkatan kapasitas produksi serta daya saing biaya akan menjadi faktor penentu apakah teknologi ini benar-benar mampu mengubah peta industri kendaraan listrik global.
Jika berhasil dikomersialisasikan, baterai 60 Ah+ bukan hanya akan memperpanjang jarak tempuh kendaraan listrik, tetapi juga memperkuat posisi China sebagai pusat inovasi teknologi baterai dunia.
Tinggalkan Komentar
Komentar