periskop.id - Erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, kembali menimbulkan dampak serius bagi masyarakat sekitar. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan tiga orang mengalami luka berat, sementara lebih dari 200 hektare lahan pertanian rusak akibat muntahan material vulkanik.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, menyampaikan bahwa ketiga korban luka berat saat ini dirawat intensif di RSUD Dr. Haryoto Lumajang.
“Selain lahan pertanian seluas 204,63 hektare rusak, ada rumah rusak berat 21 unit, termasuk fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dan gardu PLN masing-masing rusak berat satu unit,” ujarnya dilansir dari Antara, Senin (24/11).
Tiga desa tercatat sebagai wilayah paling terdampak, yakni Desa Supiturang dan Oro-Oro Ombo di Kecamatan Pronojiwo, serta Desa Penanggal di Kecamatan Candipuro. Material vulkanik yang dimuntahkan Semeru menimbun lahan, rumah, dan infrastruktur vital di kawasan tersebut.
BNPB mencatat sebanyak 528 warga harus mengungsi. Mereka ditempatkan di dua pos pengungsian, yaitu SMP Negeri 02 Pronojiwo yang menampung 307 jiwa, serta SDN 04 Supiturang dengan 221 jiwa.
Meski berada di pengungsian, aktivitas warga tetap berjalan, termasuk membersihkan rumah dari abu vulkanik.
“Meski berada di pengungsian, mereka tetap beraktivitas, seperti membersihkan rumah mereka yang terdampak abu vulkanik maupun tetap bekerja,” kata Abdul. Hal ini menunjukkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana berulang.
BNPB bersama Komisi VIII DPR RI telah menyalurkan bantuan logistik untuk meringankan beban para pengungsi. Bantuan tersebut meliputi 300 matras, 300 terpal, 300 selimut, 200 boks masker medis, 200 paket plastik sampah, serta 150 paket alat kebersihan. Selain itu, disediakan 1.000 makanan siap saji dan 200 paket sembako.
“Penyerahan bantuan tersebut dilakukan bersama antara BNPB dan perwakilan Komisi VIII DPR RI. Bantuan dimanfaatkan oleh mereka yang tempat tinggalnya terdampak maupun masyarakat sekitar yang turut terpapar abu vulkanik,” jelas Abdul.
Gunung Semeru sendiri meletus pada Rabu (19/11) pukul 16.00 WIB. Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan tinggi kolom letusan mencapai 2.000 meter di atas puncak, dengan awan panas meluncur sejauh tujuh kilometer.
Menurut catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Semeru merupakan gunung api paling aktif di Indonesia dengan lebih dari 100 letusan tercatat sejak abad ke-19. Erupsi besar terakhir terjadi pada Desember 2021, menewaskan lebih dari 50 orang dan merusak ribuan rumah.
Data BNPB menunjukkan bahwa Jawa Timur memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap bencana vulkanik. Gunung Semeru, yang memiliki ketinggian 3.676 meter, menjadi salah satu sumber ancaman utama karena aktivitas vulkaniknya yang hampir terus-menerus.
Para ahli kebencanaan menekankan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat. Edukasi mitigasi, jalur evakuasi yang jelas, serta distribusi masker dan logistik menjadi faktor krusial untuk mengurangi risiko korban jiwa.
Tinggalkan Komentar
Komentar