periskop.id - Baterai mobil listrik adalah jantung kendaraan, menyimpan energi yang membuat mobil melaju tanpa suara di jalan raya. Namun, seperti semua teknologi, baterai ini tidak bertahan selamanya. Setelah bertahun-tahun siklus isi dan pakai, kapasitasnya menurun.
Ketika kapasitas baterai turun hingga sekitar 70%–80%, performanya dianggap tidak lagi layak untuk mobil. Meski begitu, baterai tersebut tidak otomatis menjadi limbah. Justru, banyak yang masih bisa dimanfaatkan.
Melansir BGR, ada dua jalur utama bagi baterai bekas: didaur ulang untuk mengekstrak logam berharga atau dipakai kembali dalam aplikasi penyimpanan energi stasioner. Kedua opsi ini membantu mengurangi dampak lingkungan sekaligus memperpanjang umur material.
Proses daur ulang dilakukan di fasilitas khusus. Baterai dibongkar, dipisahkan menjadi komponen utama, lalu logam seperti litium, nikel, kobalt, dan tembaga diekstraksi. Material ini kemudian kembali ke rantai pasok untuk membuat baterai baru.
Selain logam, baterai juga mengandung plastik dan material lain. Meski nilainya lebih rendah, pemisahan plastik tetap penting agar limbah berkurang dan siklus produksi lebih berkelanjutan.
Beberapa perusahaan sudah menjadi pionir dalam industri ini. Redwood Materials di AS mampu memulihkan lebih dari 95% material kritis. Li-Cycle di Kanada mengembangkan metode “Spoke & Hub” yang mengubah baterai bekas menjadi bubuk kaya logam, sementara Umicore di Eropa memimpin dengan tingkat pemulihan tinggi.
Selain daur ulang, ada konsep “second life” untuk baterai. Meski tak lagi optimal untuk mobil, baterai dengan kapasitas 70% masih bisa dipakai untuk penyimpanan energi rumah tangga, cadangan listrik industri, atau penyeimbang jaringan.
Namun, penerapan second life masih terbatas. Biaya logistik, pengujian, dan repurposing sering kali lebih tinggi dibanding membeli baterai baru yang kini semakin murah. Akibatnya, proyek second life lebih banyak berupa uji coba ketimbang bisnis massal.
Ke depan, riset diarahkan pada metode daur ulang yang lebih ramah lingkungan. Teknik hidrometalurgi dan bahkan bio-based mulai dikembangkan untuk mengurangi emisi dan energi yang dibutuhkan dalam proses pemulihan material.
Tujuan akhirnya adalah menciptakan sistem energi sirkular: baterai lama tidak berakhir di tempat pembuangan, melainkan kembali menjadi bahan baku baterai baru. Dengan begitu, transisi menuju mobilitas listrik benar-benar berkelanjutan.
Tinggalkan Komentar
Komentar