Periskop.id – Setiap tanggal 17 Agustus, seluruh penjuru Indonesia dipenuhi semarak perlombaan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Dari kampung, sekolah, hingga kantor, berbagai lomba tradisional seperti makan kerupuk, panjat pinang, balap karung, tarik tambang, bakiak, hingga egrang selalu mengundang gelak tawa dan sorak-sorai penonton.
Namun, di balik keceriaan tersebut, setiap Lomba 17 Agustus ternyata menyimpan filosofi dan makna mendalam tentang perjuangan, persatuan, dan semangat pantang menyerah. Menjelang HUT RI ke-80, momen ini menjadi pengingat bahwa perlombaan tersebut bukan sekadar hiburan, melainkan simbol perjuangan rakyat Indonesia mempertahankan kemerdekaan.
“Lomba-lomba 17 Agustus bukan hanya acara tahunan, tetapi wujud penghormatan atas perjuangan para pahlawan. Nilainya ada pada kebersamaan, sportivitas, dan rasa syukur,” ungkap Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan, Restu Gunawan, demikian dilansir Antara.
Daftar Lomba 17 Agustus Paling Populer dan Filosofi di Baliknya
Buat kamu yang penasaran, ini dia lomba-lomba ikonik 17 Agustus yang nggak cuma seru, tapi juga penuh makna sejarah:
Berikut daftar lomba 17 Agustus paling populer beserta filosofi yang terkandung di dalamnya.
1. Lomba Makan Kerupuk

Lomba ini menjadi ikon perayaan kemerdekaan di berbagai daerah. Peserta diminta menghabiskan kerupuk yang digantung, tanpa bantuan tangan.
Makna dan Filosofi: Mengingatkan masa-masa sulit di era penjajahan, ketika pangan terbatas. Lomba ini mengajarkan kesabaran, ketekunan, dan rasa syukur di tengah keterbatasan.
2. Lomba Bakiak

Bakiak adalah sandal kayu panjang yang dimainkan dua hingga tiga orang bersama-sama. Peserta harus menjaga ritme langkah agar tidak jatuh.
Makna dan Filosofi: Melambangkan gotong royong dan kerja sama. Nilai ini menjadi fondasi perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan.
3. Lomba Balap Karung

Peserta melompat di dalam karung goni menuju garis finis. Dahulu, karung goni kerap digunakan sebagai pakaian rakyat kecil.
Makna dan Filosofi: Simbol perjuangan menghadapi keterbatasan. Lomba ini mengajarkan pantang menyerah meskipun terhalang rintangan.
4. Lomba Panjat Pinang

Menjadi puncak kemeriahan setiap perayaan 17 Agustus. Tim peserta bekerja sama memanjat tiang licin untuk meraih hadiah di puncak.
Makna dan Filosofi: Melambangkan semangat kolektif untuk mencapai cita-cita. Tiang licin mencerminkan rintangan yang harus dihadapi bersama.
5. Lomba Tarik Tambang

Dua tim berhadapan saling menarik tali hingga salah satu melewati garis.
Makna dan Filosofi: Menggambarkan solidaritas, kekompakan, dan perjuangan gigih melawan tekanan. Mengajarkan bahwa kemenangan diraih lewat kerja sama.
6. Lomba Egrang

Permainan menggunakan dua batang bambu panjang untuk berjalan. Dulu, egrang muncul sebagai ejekan terhadap penjajah Belanda yang bertubuh tinggi.
Makna dan Filosofi: Simbol kreativitas dalam keterbatasan. Mengajarkan keseimbangan, ketangkasan, dan keberanian.
Sejarah Perayaan 17 Agustus dan Maknanya
Perayaan 17 Agustus sendiri sudah berlangsung sejak proklamasi kemerdekaan 1945. Sejak awal, momen ini selalu diisi dengan kegiatan bersama tanpa memandang perbedaan agama, suku, atau status sosial.
Di awal Agustus, masyarakat mulai menghias lingkungan dengan dominasi warna merah putih, simbol semangat kemerdekaan. Setiap rumah wajib mengibarkan bendera merah putih sebagai bentuk penghormatan pada para pejuang.
Bagi generasi tua, tradisi lomba ini bukan sekadar hiburan. Permainan yang dikemas dalam bentuk perlombaan adalah cara leluhur menanamkan nilai perjuangan, gotong royong, dan persatuan kepada generasi muda tanpa terasa seperti dipaksa.
Makna Besar di Balik Lomba 17 Agustus
Selain hiburan, perlombaan ini memiliki peran penting dalam memperkuat nilai kebangsaan:
- Menanamkan Semangat Juang – Lomba mengajarkan untuk tidak menyerah menghadapi rintangan.
- Memperkuat Nasionalisme – Atribut merah putih dan lagu perjuangan membangkitkan cinta tanah air.
- Merayakan Kemerdekaan dengan Sukacita – Menghadirkan momen kebersamaan lintas generasi.
- Menumbuhkan Gotong Royong – Banyak lomba membutuhkan koordinasi dan saling membantu.
Lomba 17 Agustus menjadi warisan budaya yang tak lekang oleh waktu, mengikat masyarakat dalam semangat perjuangan yang diwariskan para pahlawan.
Tinggalkan Komentar
Komentar