Periskop.id - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut surplus neraca perdagangan pada semester 1 2025 atau Januari hingga Juni tercatat surplus sebesar US$19,48 miliar. Sementara nilai impor Indonesia pada Juni 2025 mencapai US$19,33 miliar atau naik 4,28% dibandingkan dengan Juni 2024 yang sebesar US$18,54 miliar.

"Surplus semester 1 ini ditopang oleh surplus komoditas non-migas yang sebesar US$28,31 miliar, sementara komoditas migas masih mengalami defisit US$8,83 miliar," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini di Jakarta, Jumat (1/8). 

Surplus didorong oleh komoditas lemak dan minyak hewani atau nabati, yaitu sebesar US$15,74 miliar, bahan bakar mineral US$13,28 miliar, serta besi dan baja US$9,04 miliar. Sedangkan defisit utamanya berasal dari komoditas mesin dan peralatan mekanis sebesar US$13,40 miliar, kemudian mesin dan perlengkapan elektrik sebesar US$5,26 miliar, serta plastik dan barang dari plastik sebesar US$3,72 miliar.

Jika dilihat berdasarkan negara mitra dagang, maka tiga negara penyumbang surplus adalah Amerika Serikat sebesar US$8,57 miliar. Kemudian India sebesar US$6,59 miliar, dan Filipina sebesar US$4,40 miliar.

Secara bulanan, BPS juga mencatat surplus neraca perdagangan sebesar US$4,10 miliar pada Juni 2025. Surplus ditopang oleh non-migas sebesar US$5,22 miliar, dengan komoditas lemak dan minyak hewani, bahan bakar mineral, serta besi dan baja.

Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit US$1,11 miliar, dengan komoditas penyumbang defisit adalah minyak mentah dan hasil minyak.

Tiga negara penyumbang surplus terbesar adalah Amerika Serikat sebesar US$9,92 miliar, kemudian India sebesar US$6,64 miliar, dan Filipina sebesar US$4,36 miliar.

Sedangkan tiga negara penyumbang defisit terdalam pada kelompok non-migas adalah China sebesar US$10,69 miliar, Australia sebesar minus US$2,39 miliar, dan Brasil sebesar minus US$0,83 miliar.

Nilai Ekspor- Impor

Sementara itu, nilai ekspor pada Juni 2025 mencapai US$23,43 miliar dan impor sebesar US$19,33 miliar. Nilai impor Indonesia pada Juni 2025 naik 4,28% dibandingkan dengan Juni 2024 yang sebesar US$18,54 miliar.

Pudji Ismartini mengatakan, nilai impor migas sebesar US$2,22 miliar atau turun 32,07% secara tahunan. Sedangkan nilai impor non-migas senilai US$17,11 miliar dan mengalami peningkatan secara tahunan sebesar 12,07%.

"Peningkatan nilai impor secara tahunan didorong oleh kenaikan impor non-migas dengan andil kenaikan sebesar 9,94%," kata Pudji.

Pada Juni 2025, terjadi peningkatan impor untuk golongan penggunaan barang konsumsi dan barang modal secara tahunan. Nilai impor barang konsumsi naik sebesar 1,18%, dari US$1,78 miliar pada Mei 2025, menjadi US$1,80 miliar.

Nilai impor bahan baku penolong turun sebesar 2,74%, menjadi US$13,35 miliar pada 2025. Sedangkan barang modal sebagai pendorong utama peningkatan impor mengalami peningkatan sebesar 37,8% menjadi US$4,18 miliar.

Total impor pada Januari-Juni 2025 mencapai US$115,94 miliar, meningkat 5,25% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tiga komoditas utama non-migas yang diimpor Indonesia pada Januari-Juni 2025, yaitu peralatan mekanis, mesin perlengkapan elektrik, serta kendaraan dan bagiannya.

Sepanjang Januari-Juni 2025, nilai impor ketiga komoditas tersebut memberikan sharesekitar 36,94% terhadap total impor non-migas Indonesia. Nilai impor komoditas utama mengalami peningkatan baik dari sisi nilai maupun dari sisi volume jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

Nilai impor mesin atau peralatan mekanis sebesar US$17,09 miliar dengan volume 2,22 juta ton. Kemudian nilai impor mesin atau perlengkapan elektrik adalah sebesar US$14,53 miliar, dengan volume 0,89 juta ton.

Sementara nilai impor untuk kendaraan dan bagiannya adalah sebesar 5,35 miliar dolar AS dengan volume sebesar 0,80 juta ton. Tiga besar negara asal impor yakni China, Jepang, dan Amerika Serikat dengan sharesekitar 52,30 % dari total impor non-migas Indonesia dalam periode Januari hingga Juni 2025.

Impor non-migas dari China mencapai US$40,00 miliar, terdiri atas mesin dan peralatan mekanis, mesin dan perlengkapan elektrik, serta kendaraan dan bagiannya. Jepang tercatat US$7,47 miliar, terdiri dari mesin dan peralatan mekanis, kendaraan dan bagiannya, serta besi dan baja.

Dari Amerika Serikat nilai impor tercatat sebesar US$4,87 miliar. Terdiri atas mesin dan peralatan mekanis, mesin dan perlengkapan elektrik, serta biji dan buah mengandung minyak.