periskop.id - Di Jakarta, rumah tangga yang penghasilan perbulannya hanya sebesar Rp4 juta, dianggap sebagai rumah tangga miskin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Badan Pusat Statistik (BPS) DKI yanvg mencatat garis kemiskinan per rumah tangga di DKI Jakarta tercatat sebesar Rp4.178.563 per bulan pada Maret 2025. Angka ini turun 1,42% dibandingkan kondisi September 2024 yang sebesar Rp4.238.886.
Angka ini didapatkan dari besaran garis kemiskinan di Jakarta pada Maret 2025 yang mencapai Rp852.768 per kapita per bulan dan rata-rata jumlah anggota rumah tangga miskin sebanyak 4-5 orang.
"Dari hasil Susenas (Survei Ekonomi Nasional), Jakarta pada kondisi Maret 2025 secara rata-rata, satu rumah tangga miskin yang ada di Jakarta itu memiliki 4,9 anggota rumah tangga," kata Kepala BPS DKI Jakarta, Nurul Hasanudin di Jakarta, Jumat (25/7).
Angka garis kemiskinan ini mengalami kenaikan sebesar 0,79% dibandingkan September 2024 yang sebesar Rp846.085 per kapita per bulan. Jika dibandingkan secara nasional, garis kemiskinan di Jakarta pada Maret 2025 lebih tinggi dari nasional yakni Rp609.160 per kapita per bulan.
"Artinya ini menjadi satu gambaran betapa standar kebutuhan daripada masyarakat di Jakarta, secara besaran pengeluaran itu sangat tinggi dibandingkan daerah-daerah lain yang ada di Indonesia," kata Hasanudin .
Asal tahu saja, garis kemiskinan merupakan suatu nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan bukan makanan yang harus dipenuhi agar tidak dikategorikan penduduk miskin. Sementara penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
Secara keseluruhan, persentase sumbangan komoditas makanan sebesar 69,41% dan sumbangan komoditas bukan makanan 30,59% terhadap garis kemiskinan Maret 2025. Komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar terhadap garis kemiskinan makanan (GKM) di Jakarta yakni beras, dengan andil mencapai 23,99%, diikuti komoditas rokok kretek filter sebesar 13,73%.
“Garis kemiskinan makanan terkait nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilokalori per kapita per hari," jelasnya.
Komoditas makanan lainnya yang memberikan sumbangan pada GKM yaitu daging ayam ras dan telur ayam ras yang masing-masing sebesar 7,29% serta 6,92%. Komoditas lainnya meliputi mi instan (3,78%), roti (3,40%), kopi bubuk & kopi instan (sachet) (3,30%), dan kue kering/biskuit (2,84%).
Sementara, komoditas bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar terhadap garis kemiskinan adalah perumahan (40,33%). Kemudian listrik (12,46%), pendidikan (8,12%), bensin (7,77%), perlengkapan mandi (4,24%), serta angkutan (3,80%).
Jumlah Orang Miskin Naik
Sementara itu, jumlah penduduk miskin di Jakarta pada Maret 2025 sebesar 464,87 ribu orang, turun 60 orang terhadap Maret 2024, dan naik 15,8 ribu orang terhadap September 2024 yang sebesar 449,07 ribu orang.
"Jumlah penduduk miskin sebesar 464,87 ribu orang, naik 15,8 ribu orang untuk posisi di Maret 2025 terhadap September 2024 yang sebesar 449,07 ribu orang," kata Kepala BPS DKI Jakarta Nurul Hasanudin dalam Rilis Berita Resmi Statistik DKI Jakarta Juli 2025 di Jakarta, Jumat (25/7).
Adapun angka kemiskinan di Jakarta pada Maret 2025 sebesar 4,28%, naik sebesar 0,14% dibandingkan September 2024 yang sebesar 4,14%. Berdasarkan catatan BPS DKI, jika dibandingkan pada Maret 2024), angka kemiskinan pada Maret 2025 turun 0,02% yakni dari 4,3% menjadi 4,28%.
Meskipun begitu, angka kemiskinan di DKI Jakarta berada di urutan ketiga terendah secara nasional setelah Bali dan Kalimantan Selatan. Sementara itu, angka kemiskinan secara nasional tercatat sebesar 8,47%, dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 23,85 juta orang.
"Untuk angka kemiskinan perkotaan, dari 39 provinsi di Indonesia, sebanyak 21 provinsi mengalami peningkatan tingkat kemiskinan. dan kenaikan (kemiskinan) Jakarta 0,14%," tuturnya.
BPS DKI juga mencatat sejumlah faktor yang mempengaruhi angka kemiskinan DKI Jakarta, salah satunya jumlah pekerja informal yang meningkat pada Februari 2025.
%tase pekerja informal naik 1,89% poin menjadi 37,95% di Februari 2025 dari Februari 2024 (36,06%). Sedangkan, persentase penduduk bekerja pada kegiatan formal mengalami penurunan sebesar 1,89% poin pada periode yang sama.
Selain itu, inflasi yang terjadi sejak Oktober hingga Desember 2024 menunjukkan tren yang meningkat juga menjadi faktor yang berpengaruh. Pada Maret 2025, Inflasi Jakarta (2,00%) lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional (1,65%).
Masuknya bulan Ramadhan menyebabkan lonjakan harga pangan, memicu inflasi 2,00% pada bulan Maret 2025 (secara bulanan/m-to-m) dan menurunkan daya beli kelompok rentan. Dengan begitu, menyebabkan turunnya rata-rata pengeluaran konsumsi kelompok miskin.
Target Pemprov DKI
Untuk diketahui, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan penurunan tingkat kemiskinan masyarakat hingga pada angka 1,82-2,91% sesuai dengan dokumen akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2025-2029.
Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta sekaligus Wakil Sekretaris Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi DKI Jakarta, Iqbal Akbarudin di Jakarta, Rabu (16/7) mengatakan, tahun 2025-2029 menjadi tahap awal transformasi DKI Jakarta dalam mewujudkan visi 2045.
Salah satu sasarannya, yakni mencapai tingkat kemiskinan di angka 0-0,5%. "Tahun 2025-2029 menjadi tahap awal transformasi DKI Jakarta dalam mewujudkan visi 2045," tuturnya.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2024 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) tahun 2025-2045, Jakarta memiliki visi untuk menjadi kota global yang maju, berkeadilan, berdaya saing dan berkelanjutan.
Salah satu sasaran utama mewujudkan visi tersebut adalah mencapai tingkat kemiskinan di angka 0-0,5%. "Tingkat kemiskinan ditargetkan membaik hingga di angka 1,82-2,91%," imbuhnya.
Tinggalkan Komentar
Komentar