Periskop.id - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memastikan sudah melatih guru-guru di sekolah, untuk memastikan makanan pada Program Makan Bergizi Gratis (MBG) aman dikonsumsi peserta didik. Dengan begitu, risiko keracunan dapat dihindari.
"Kami melatih guru yang di sekolah untuk bisa memastikan makanan yang dikirim ke sekolah, paling tidak fisiknya, kemudian tampilannya, tidak ada bau yang aneh," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati di Jakarta, Rabu (13/8).
Ani dalam seminar bertema "Pentingnya Pengelolaan Konsep Dapur Sehat untuk Mendukung Program Makan Bergizi Gratis" menyampaikan, upaya ini dilakukan karena Program MBG dilakukan setiap hari di banyak titik sehingga perlu melibatkan Dinas Pendidikan.
"Dan sampai sekarang selalu diberikan porsi lebih untuk guru di sekolah agar bisa mencoba lebih dahulu sebelum dibagikan pada anak-anak," ujar dia.
Sebelum sampai pada penerima, Pemprov DKI Jakarta mengingatkan penjaminan keamanan pangan siap saji wajib diterapkan pelaksana dapur MBG. Di antarnya meliputi penerapan cara higiene yang baik berupa pemenuhan persyaratan kebersihan dan sanitasi dalam seluruh proses penyelenggaraan makanan.
Selain itu penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar Operasional Prosedur Sanitasi (SSOP). Hal ini untuk menjamin makanan tidak akan menimbulkan bahaya atau cedera bagi penerima, mencegah risiko terjadinya keracunan makanan atau penyakit yang berasal dari makanan.
Kemudian, mengurangi dampak negatif dari proses produksi dan pengolahan makanan, baik terhadap lingkungan maupun penjamah pangan.
Ani mengatakan, Program MBG bagi anak usia sekolah punya peranan penting bagi pemenuhan gizi mereka. Ini terutama pada mereka yang berusia di bawah usia lima tahun dan memiliki masalah gizi.
"Sampai dengan usia lima tahun, pemberian makanan yang sehat memiliki pengaruh yang sangat besar untuk menyelesaikan masalah gizi termasuk stunting," tuturnya.
Penerima MBG
Sementara pada anak sekolah di jenjang Sekolah Dasar (SD), asupan makanan bergizi akan membuat kesehatan mereka lebih baik sehingga lebih siap untuk mengikuti pembelajaran.
Merujuk data Dinas Kesehatan DKI Jakarta hingga 27 Juli 2025, tercatat penerima Program MBG di DKI Jakarta mencapai mencapai 228.334 orang. Mereka ini menerima MBG dari 71 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau dapur MBG yang tersebar di lima Kota Administrasi Jakarta dan Kabupaten Kepulauan Seribu.
Ia merinci dari jumlah SPPG ini, sebanyak 36 di antaranya berada di Jakarta Timur dan merupakan lokasi terbanyak. "Memang yang paling besar di Jakarta Timur, penerima manfaatnya sampai dengan hari ini ada 115.578. Ini sejalan juga dengan memang dapur SPPG-nya yang paling banyak adalah di Jakarta Timur, 36," ucapnya.
Untuk wilayah lainnya, yakni Jakarta Selatan dengan total 19 dapur MBG dan penerima manfaat 61.374 orang, diikuti Jakarta Utara dengan 9 dapur MBG dan 30.391 penerima manfaat.
Selanjutnya, Jakarta Barat memiliki total lima dapur MBG dengan total penerima sebanyak 15.470 orang. Kemudian Jakarta Pusat dengan satu dapur MBG dan penerima sebanyak 3.633 orang.
Sedangkan Kabupaten Kepulauan Seribu sudah ada satu dapur MBG dan penerima manfaat sebanyak 1.888 orang. "Sebarannya dari penerima manfaatnya, mulai dari kelompok TK, SD, SMP, SMA. Yang terbesar adalah kelompok SD, tetapi kelompok TK juga banyak," ujarnya.
Karena ketika bicara intervensi gizi, kata dia, sebenarnya yang paling berpengaruh terhadap perbaikan status gizi adalah di kelompok TK. Ia menegaskan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta terus berupaya untuk menjaga agar pemberian makanan bergizi bermanfaat untuk anak-anak dan tidak menimbulkan efek samping seperti risiko keracunan.
"Makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak. Ini benar-benar makanan yang baik, sehat, dan layak konsumsi baik secara standar makanannya sendiri maupun proses pengolahan," imbuhnya.
Karena itu, Pemprov DKI Jakarta terus bekerja sama dengan Badan Gizi Nasional (BGN) termasuk dalam inspeksi fasilitas penyedia makanan, yakni dapur MBG.
"Ini untuk memastikan sarana yang dibuat kemudian yang masak, penjamah makanannya semuanya sudah sesuai dengan standar kesehatan sehingga harapan untuk meminimalisir risiko dan 'output' yang dihasilkan makanan yang sehat dan higiene terstandar ataupun terjaga," pungkasnya.
Tinggalkan Komentar
Komentar