periskop.id - Pemerintah Indonesia tengah melakukan negosiasi intensif dengan Amerika Serikat (AS) untuk memperoleh tarif bea masuk serendah mungkin, bahkan hingga nol persen, bagi sejumlah produk ekspor andalannya.
Upaya ini menjadi fokus utama dalam perundingan kerangka kerja dagang resiprokal antara kedua negara.
Produk-produk yang diupayakan mendapat tarif mendekati nol persen tersebut adalah komoditas yang tidak diproduksi di dalam negeri AS.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan secara spesifik komoditas yang menjadi prioritas lobi.
“Untuk beberapa komoditas yang dikatakan adalah komoditas sumber daya alam yang tidak diproduksi oleh Amerika Serikat, seperti kelapa sawit, kopi, kakao, produk agro, dan juga produk mineral lainnya,” ujar Airlangga dalam Konferensi Pers Joint Statement Indonesia-AS, Kamis (25/7).
Selain itu, komponen pesawat terbang dan produk dari kawasan industri free trade zone juga masuk dalam daftar negosiasi.
Sebagai tolok ukur (benchmark) dalam perundingan ini, Indonesia menggunakan keberhasilan perjanjian IEU-CEPA dengan Uni Eropa yang memberikan tarif 0% untuk minyak sawit mentah (CPO).
Lobi untuk tarif rendah ini merupakan bagian dari negosiasi yang lebih luas, di mana AS sebelumnya mengusulkan skema tarif 19% untuk produk Indonesia.
Sebagai bagian dari kesepakatan timbal balik, pemerintah AS menyatakan bahwa, Indonesia akan menghapus sekitar 99% tarif untuk produk industri dan agrikultur Amerika Serikat yang diekspor ke Indonesia.
Airlangga juga menjelaskan bahwa format akhir dari kesepakatan ini masih dalam pembahasan.
“Formatnya kan sebetulnya framework agreement tentang reciprocal tarif. Tentu ada mekanisme tersendiri untuk memproses di dalam negerinya masing-masing supaya ini secara hukum bisa berjalan,” pungkasnya.
Tinggalkan Komentar
Komentar