Periskop.id - Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menyampaikan, dinamika sosial dan politik yang terjadi di tanah air akan berdampak jangka pendek terhadap pasar saham Indonesia.
Alasannya, fundamental perekonomian domestik tercatat masih kuat. Hal ini tercermin dari data PMI Manufaktur, neraca perdagangan, serta inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) yang baru dirilis pada awal pekan ini.
"Gejolak dari sisi politik tentu memberikan tekanan, tapi hanya secara jangka pendek. Karena, kami melihat fundamental ekonomi Indonesia itu masih dalam keadaan baik, sehat, dan kuat," ujar Nico seperti dikutip dari Antara di Jakarta, Selasa (2/9).
Ia mengungkapkan, beberapa data ekonomi domestik telah memberikan sentimen positif. Di antaranya indeks PMI Manufaktur yang di level 51,5 pada Agustus 2025 atau memasuki area ekspansi pertama kali semenjak lima bulan terakhir.
Kemudian, neraca perdagangan Juli 2025 masih surplus sebesar US$4,18 miliar, serta inflasi IHK periode Agustus 2025 melambat menjadi 2,31% year on year (yoy) atau mengalami deflasi sebesar 0,08% month to month (mtm).
"PMI manufaktur Indonesia yang kalau kita lihat cukup baik adanya, pada akhirnya mengalami kenaikan hingga di atas level 50. Itu artinya bahwa indeks manufaktur kita mampu kembali bangkit," ujar Nico.
Dari mancanegara, ia mengatakan, pelaku pasar tengah menantikan data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) pada pekan ini, yang diproyeksikan mengalami penurunan lebih cepat.
"Kalau misalkan data dari sisi ketenagakerjaan AS mengalami penurunan lebih cepat, itu artinya peluang The Fed untuk memangkas tingkat suku bunganya juga akan jauh lebih besar," ujar Nico.
Di tengah situasi saat ini, Ia merekomendasikan pelaku pasar dapat melakukan aksi beli (net buy) terhadap saham-saham yang mengalami koreksi namun sebetulnya fundamental perusahaannya bagus. Selain itu, lanjutnya, pelaku pasar juga dapat bersikap wait and see, apabila memiliki kekhawatiran terhadap situasi yang ada saat ini.
"Atau bisa melakukan alokasi aset dari saham mungkin ke obligasi ataupun deposito. Yang paling penting untuk menjaga expected return kita dalam investasi tetap tercapai," imbuhnya.
Data perdagangan di BEI pada Selasa pukul 16.00 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 79,09 poin atau 1,02 % ke posisi 7.815,16. Sementara, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 5,67 poin atau 0,72 % ke posisi 794,37.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.927.888 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 34,42 miliar lembar saham senilai Rp14,64 triliun. Sebanyak 578 saham naik, 126 saham menurun, dan 99 tidak bergerak nilainya.
Fundamental Solid
Senada, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Irvan Susandy meyakini fundamental perekonomian domestik yang solid, akan menarik investor asing kembali menaruh dananya ke pasar modal Indonesia (capital inflow).
“Saya yakin dengan fundamental kuat negara kita, market kita bagus, mereka (asing) akan balik lagi,” ujar Irvan di Jakarta, Selasa.
Ia meyakini dinamika sosial dan politik yang tengah terjadi di tanah air tidak akan menyebabkan volatilitas di pasar saham Indonesia, seiring dengan data-data ekonomi domestik yang mencatatkan solid.
Sebelumnya, imbas adanya dinamika sosial dan politik di tanah air, investor asing tercatat melakukan aksi jual (net sell) senilai Rp2,16 triliun di pasar saham Indonesia pada Senin (02/09) dan senilai Rp1,12 triliun pada Jumat (29/08).
Di sisi lain, data ekonomi domestik tercatat solid, di antaranya indeks PMI Manufaktur di level 51,5 pada Agustus 2025, yang memasuki area ekspansi pertama kali semenjak lima bulan terakhir.
Kemudian, Neraca Perdagangan Juli 2025 masih surplus sebesar 4,18 miliar dolar AS, serta inflasi IHK periode Agustus 2025 melambat menjadi 2,31 persen year on year (yoy)atau mengalami deflasi sebesar 0,08 persen month to month (mtm).
Sementara itu, Direktur Utama BEI Iman Rachman juga memastikan pasar modal Indonesia masih solid. Salah satunya tercermin dari semakin bertambahnya perusahaan tercatat (emiten) yang masuk ke dalam indeks Morgan Stanley Capital Indonesia (MSCI).
Berkat rebalancing indeks MSCI pada Rabu (27/08), investor asing melakukan aksi beli (net buy) senilai Rp2,37 triliun pada sehari sebelumnya atau Selasa (26/08).
“Kondisi saham itu kan ada dua hal, fundamental dan persepsi. MSCI kita malah nambah emiten kan, jadi artinya fundamentalnya bagus. Yang terjadi memang persepsi investor asing,” ujar Iman.
Tinggalkan Komentar
Komentar