periskop.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada eprdagangan hari ini, Rabu 29 Oktober 2025. Indeks pagi ini dibuka naik 0,18% atau menguat 14,75 poin ke level 8.107,38. Sementara indeks LQ45 turun 0,57 poin atau 0,07 persen ke posisi 822,04.
Sebanyak 266 saham naik, 77 turun, dan 253 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 178,11 miliar yang melibatkan 388,60 juta saham dalam 30.301 kali transaksi.
Pada perdagangan sebelumnya, IHSG ditutup melemah di level 8092.63 atau terkoreksi 0,30% pada Selasa (28/10). IHSG sempat dibuka menguat sebelum akhirnya mayoritas bergerak di teritori negatif sepanjang perdagangan. Koreksi harga komoditas emas menjadi pendorong berlanjutnya profit taking pada saham-saham berbasis komoditas emas.
Selain itu melemahnya beberapa saham bluechips dengan kapitalisasi pasar besar serta berlanjutnya koreksi beberapa saham konglomerasi juga membebani indeks. Saham sektor industrial mengalami koreksi terbesar, sedangkan saham sektor properti membukukan penguatan terbesar.
Secara teknikal, Tim Riset Phintraco Sekuritas mencermati histogram negatif MACD kembali melebar dan Stochastic RSI berlanjut mengarah ke bawah di area pivot. Volume jual masih mendominasi diperkuat oleh garis A/D yang menunjukkan adanya distribusi.
“IHSG di bawah MA5 dan MA20, serta mendekati level MA50 di 8010. IHSG menuju lower band yang mengindikasikan fase konsolidasi melemah. Sehingga diperkirakan IHSG berpotensi menguji level psikologis 8000 dan jika break low berpotensi menuju ke support 7850,” tulis ties tersebut, Selasa (08/22).
Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa optimis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan tembus di level Rp9.000 pada akhir tahun 2025. Hal itu disampaikan dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, di Jakarta, Selasa (28/10).
Purbaya pun menepis anggapan bahwa dirinya asal berbicara ketika memprediksi IHSG akan menembus level Rp9.000 pada akhir 2025. Bahkan dia menyebut 10 tahun ke depan IHSG akan di level Rp32.000.
Dia menegaskan, proyeksi tersebut berdasarkan data selama 25 tahun terakhir yang menunjukkan bahwa dalam setiap siklus bisnis, pertumbuhan ekonomi umumnya meningkat sekitar empat hingga lima kali dari awal hingga akhir siklus.
"Orang bilang saya bohong ngomong sembarangan, tapi itu berdasarkan dari pengalaman 25 tahun terakhir dimula awal siklus bisnis sampai di belakang, di akhir siklus bisnis tumbuhnya itu sekitar 4 sampai 5 kali terjadi seperti itu terus," terang Purbaya.
Tinggalkan Komentar
Komentar