periskop.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan rekor all-time high (ATH) sebanyak 22 kali sepanjang 2025. Dari jumlah tersebut, sebanyak 21 ATH terjadi pada periode kepemimpinan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Kondisi ini memunculkan narasi di pasar mengenai adanya Purbaya effect terhadap penguatan bursa saham domestik.

Menanggapi hal tersebut, Analis Central Capital Wahyu Tri Laksono menilai penguatan IHSG tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan sosok menteri tertentu. Menurutnya, selama kondisi ekonomi dan politik berada dalam kondisi yang sebanding, pergerakan pasar saham lebih banyak dipengaruhi oleh faktor global dan fundamental.

“Percayalah siapapun menterinya, asalkan standar ekonomi politik cateris paribus,” ujar Wahyu kepada periskop, Kamis (12/12/2025).

Maksudnya, siapa pun menterinya selama kondisi ekonomi dan politik tidak berubah signifikan, arah pasar akan tetap mengikuti faktor-faktor utama seperti tren global, fundamental ekonomi, dan sentimen investor. Wahyu menegaskan bahwa tren penguatan IHSG saat ini selaras dengan kondisi bursa global yang sedang berada dalam fase bullish.

Wahyu menilai Indonesia berada pada posisi yang kuat sebagai tujuan aliran modal global. Dari sisi fundamental, Wahyu menyebut kondisi ekonomi Indonesia relatif solid dalam berbagai fase siklus ekonomi. Bahkan, Wahyu menilai pandemi Covid-19 tidak membuat perekonomian nasional terpuruk. Di sisi lain, stabilitas nilai tukar juga menjadi faktor penting dalam menjaga kepercayaan investor. 

“Rupiah stabil terkendali. IHSG bahkan mencetak rekor di atas 7.000 saat negara lain khususnya AS dan Eropa bursanya mengalami koreksi besar atau bear market,” ujarnya.

Menurut Wahyu, pergeseran aliran modal merupakan fenomena yang lazim terjadi di pasar keuangan global. Ia mencontohkan periode pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ketika pasar keuangan Indonesia diuntungkan oleh krisis global.

“Saat masa SBY misalnya, selain menurunkan beberapa kali BBM, rupiah dan IHSG kita diuntungkan oleh krisis subprime mortgage AS, global crisis 2008–2009, serta krisis ekonomi Eropa 2010–2012,” jelas Wahyu.

Fenomena serupa juga terjadi saat pandemi Covid-19. Di mana IHSG juga sentuh ATH saat Eropa dan AS mengalami bear market anjlok lebih dari 20%. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, Wahyu menilai tidak ada alasan untuk meragukan daya tarik pasar saham Indonesia dalam jangka menengah hingga panjang. 

Sebelumnya, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman mengungkapkan kinerja pasar saham menunjukkan lonjakan signifikan sejak Purbaya Yudhi Sadewa menjabat sebagai Menteri Keuangan. Iman mencatat, IHSG menembus level prikologis baru pada era Purbaya. IHSG pertama kali menyentuh level 8.000, sebelum terus menguat hingga mendekati 8.600.

“Ibu Sri Mulyani satu kalinya, dan Pak Purbaya 21 kali karena tembus 8.000 zaman beliau. Jadi kalau kita bicara 8.000 dan setiap dua bulan ini naik terus, sampai kemarin 8.600,” kata Iman.

Informasi saja, Purbaya Yudhi Sadewa resmi dilantik sebagai Menteri Keuangan menggantikan Sri Mulyani pada 8 September 2025 oleh Presiden Prabowo Subianto. Sebelum masuk kabinet, Purbaya memimpin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebagai Ketua Dewan Komisioner sejak September 2020 hingga September 2025.

Purbaya optimis terhadap prospek pasar keuangan Indonesia, termasuk penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level yang lebih tinggi. Purbaya menilai kombinasi kebijakan fiskal yang agresif, likuiditas yang memadai, serta reformasi melalui Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK) menjadi fondasi penting bagi stabilitas dan pertumbuhan pasar modal.