Periskop.id - Mi instan telah bertransformasi dari sekadar makanan darurat menjadi komoditas pangan pokok global yang tak terpisahkan dari gaya hidup modern, terutama di Indonesia. Setiap orang Indonesia hampir pasti pernah makan mi instan, mulai dari anak kos hingga keluarga besar.

Pernyataan ini tidak berlebihan, sebab data terbaru dari World Instant Noodles Association menunjukkan bahwa konsumsi mi instan Indonesia tetap menduduki peringkat kedua dunia. Ini menegaskan bahwa produk ini bukan sekadar makanan cepat saji, melainkan bagian dari kultur pangan modern masyarakat Indonesia.

Pada 2024, Indonesia tercatat mengonsumsi 14,68 miliar porsi mi instan, menjadikannya negara konsumen terbesar kedua di dunia. Posisi ini stabil, jauh di bawah Tiongkok/Hong Kong yang menduduki peringkat pertama dengan 43,80 miliar porsi. Indonesia, bersama dengan Tiongkok, mendominasi lebih dari separuh total konsumsi mi instan global.

Secara keseluruhan, Indonesia menunjukkan tren pertumbuhan konsumsi yang stabil sejak tahun 2020 (12,64 miliar porsi) hingga mencapai puncaknya di tahun 2024. Pertumbuhan ini konsisten, bahkan saat negara lain seperti Tiongkok dan India mengalami fluktuasi. 

Kenaikan permintaan di Indonesia mencerminkan populasi yang besar dan terus berkembang, serta peran penting mi instan dalam memenuhi kebutuhan pangan harian masyarakat. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia memimpin jauh di atas Vietnam (8,14 miliar porsi) dan Filipina (4,49 miliar porsi).

Lonjakan ini menunjukkan bahwa mi instan telah menjadi pangan strategis nasional. Selain karena harga yang terjangkau dan kemudahan penyajian, permintaan juga didorong oleh urbanisasi cepat, gaya hidup praktis, dan kebiasaan makan di rumah pasca-pandemi COVID-19. Bahkan, dalam konteks ekonomi rumah tangga, mi instan kini berfungsi sebagai penyelamat saat krisis, terutama di kelompok usia produktif dan mahasiswa.

Adapun rincian data terkait konsumsi mi instan di dunia, yakni sebagai berikut:

*satuan: miliar porsi

PeringkatNegara/Wilayah20202021202220232024
1Tiongkok/Hong Kong46,3643,9945,0742,2143,80
2Indonesia12,6413,2714,2614,5414,68
3India6,737,587,588,688,32
4Vietnam7,038,568,488,138,14
5Jepang5,975,855,985,845,90
6Amerika Serikat5,054,985,155,105,15
7Filipina4,474,444,294,394,50
8Korea Selatan4,133,793,954,044,10
9Thailand3,713,633,873,954,08
10Nigeria2,462,622,792,983,00

Data konsumsi tinggi ini juga diperkuat oleh hasil survei Jakpat (2025) dalam laporan “Local Product Shopping Behavior in Indonesia”, yang menemukan bahwa 81 % responden memilih mi instan sebagai produk pangan lokal paling sering dikonsumsi.

Angka ini menegaskan dominasi mi instan sebagai kebutuhan pokok modern, sekaligus produk lokal yang paling melekat dengan gaya hidup masyarakat Indonesia.

Berikut ini adalah rincian produk makanan lokal yang paling digemari di Indonesia:

Produk Makanan & Minuman LokalPersentase (%)
Mi instan81
Produk olahan beras76
Bumbu dan penyedap68
Kopi dan minuman bubuk67
Roti dan kue kemasan65
Saus dan kecap63
Susu dan produk olahan susu55

Mi instan juga dikenal akrab dengan dunia pendidikan. Mahasiswa, sebagai kaum berpendidikan, sejak dulu telah akrab dengan produk ini. Berbagai kegiatan, termasuk dalam mengerjakan tugas akhir, mi instan dianggap sebagai ‘teman dekat’ sekaligus ‘doping’ bagi mereka saat mengejakan hal tersebut.

Maka tidak heran, Jakpat pada 2015, melakukan survei terhadap 867 responden mahasiswa guna memberikan gambaran pola konsumsi mi instan di segmen dewasa muda. Hasilnya menunjukkan pola konsumsi sebagai berikut:

  • 75,57% mengonsumsi 1–3 bungkus per minggu,
  • 13,72% menyatakan tidak mengonsumsi secara rutin atau sekali seminggu,
  • 8,3% mengonsumsi 4–6 bungkus per minggu atau hampir setiap hari, dan
  • 2,41% termasuk kategori ekstrem, yakni lebih dari 6 bungkus per minggu atau lebih dari satu per hari.

Pola konsumsi ini juga didukung oleh kebiasaan memasak sendiri (83,87% responden), di mana mayoritas (55,52%) membeli mi instan saat ingin makan saja, sementara sebagian kecil memiliki kebiasaan menyimpan stok untuk seminggu (17,93%) atau sebulan (18,22%). Hal ini menunjukkan bahwa mi instan adalah solusi pangan yang fleksibel dan terencana dalam rumah tangga.

Tingginya konsumsi mi instan di Indonesia didukung oleh beberapa faktor utama. Menurut Australia Export Grains Innovation Centre, permintaan mi instan didorong oleh dua hal mendasar. Pertama, mi instan adalah sumber kalori yang sangat terjangkau, menjadikannya pilihan krusial di negara dengan tingkat pendapatan rumah tangga yang masih terbatas. Kedua, mi instan sangat murah dan praktis untuk disiapkan, sesuai dengan kebutuhan gaya hidup yang serba cepat.