periskop.id - White label dan private label sama-sama melibatkan kerja sama brand dengan produsen pihak ketiga, tapi cara kerjanya berbeda. White label adalah produk generik yang dibuat massal dan dijual ke banyak brand dengan sedikit penyesuaian seperti logo atau kemasan.
Di sisi lain, private label dibuat khusus dan eksklusif untuk satu brand, lengkap dengan kustomisasi sesuai kebutuhan. Perbedaan ini membuat kedua model punya tingkat kontrol, biaya, dan keunikan produk yang berbeda.
Pengertian White Label
Produk white label adalah produk generik yang diproduksi massal oleh pabrik, lalu bisa diberi seperti penambahan logo atau nama merek tertentu. Produk seperti ini biasanya bisa dipesan dalam jumlah besar, dikirim langsung, atau dibuat sesuai permintaan.
Model white label membuat kamu bisa membangun bisnis dengan cepat tanpa harus memulai dari nol. Kamu cukup memakai produk yang sudah jadi, lalu menambah karakter brand lewat desain kemasan, gaya branding, tampilan website, sampai pengalaman belanja yang lebih personal. Dengan begitu, produk yang sama bisa tetap terasa punya kamu di mata pelanggan.
Pengertian Private Label
Private label adalah produk yang dibuat oleh pihak ketiga (pabrik), tetapi diproduksi secara khusus dan eksklusif untuk satu perusahaan dengan menggunakan merek mereka sendiri.
Berbeda dari white label yang bersifat generik, produk private label biasanya mengalami proses penyesuaian atau kustomisasi agar sesuai dengan kebutuhan, konsep, dan standar kualitas pemilik merek. Karena itu, perusahaan memiliki kontrol lebih besar terhadap formulasi, desain, hingga kemasan produk.
Perbedaan White Label dan Private Label
Eksklusivitas Produk
Pada white label, produk tidak bersifat eksklusif dan bisa dijual oleh banyak merek berbeda dengan tampilan yang hampir sama. Sementara pada private label, produk dibuat khusus untuk satu brand sehingga pesaing tidak bisa menjual produk yang sama. Hal ini membuat private label lebih unik dan memiliki nilai diferensiasi yang lebih kuat.
Tingkat Kustomisasi
White label menawarkan kustomisasi yang sangat terbatas karena produknya sudah jadi dari pabrik. Biasanya, hanya bagian kemasan atau logo yang bisa diubah. Sebaliknya, private label memungkinkan brand mengatur produk dari awal. Mulai dari formula, desain, material, hingga karakter produk lainnya. Karena itu, hasil akhirnya bisa benar-benar mencerminkan identitas brand.
Branding
Produk white label bisa digunakan oleh banyak merek sehingga branding lebih bersifat permukaan dan tidak terlalu membedakan isi produknya. Pada private label, satu produk hanya dimiliki satu brand sehingga branding bisa dibangun lebih kuat dan menciptakan identitas yang lebih jelas di mata konsumen.
Kontrol atas Produk
Dalam white label, produsen memegang kontrol penuh atas kualitas, spesifikasi, dan standar produk. Brand hanya mengikuti apa yang sudah ditentukan. Berbeda dengan private label, brand bisa menentukan kualitas produk sejak awal karena terlibat dalam proses produksi sehingga kontrolnya jauh lebih besar.
Biaya Awal
White label memiliki biaya awal yang lebih rendah karena tidak membutuhkan riset atau pengembangan produk. Ini membuatnya cocok untuk bisnis yang ingin dimulai dengan modal kecil. Private label memerlukan biaya lebih besar karena brand harus mengembangkan produk baru, melakukan riset, hingga produksi khusus sesuai permintaan.
Kecepatan Masuk Pasar
Produk white label bisa diluncurkan dengan sangat cepat karena semuanya sudah tersedia dari produsen. Brand hanya perlu mengganti label lalu langsung menjualnya. Sementara itu, private label membutuhkan waktu lebih lama karena harus melalui proses desain, pengujian, dan produksi sebelum siap diluncurkan.
Risiko Bisnis
White label memiliki risiko yang lebih kecil karena produknya sudah terbukti di pasar dan dipakai banyak pengecer. Sebaliknya, private label lebih berisiko karena produk baru belum tentu diterima konsumen. Namun, jika berhasil, private label memberikan keuntungan diferensiasi yang jauh lebih besar.
Contoh White Label
Makanan dan Minuman
Banyak produk di supermarket seperti kopi kemasan, air mineral, hingga makanan ringan sebenarnya merupakan produk white label. Meskipun nama mereknya berbeda-beda, produk tersebut sering kali diproduksi oleh perusahaan yang sama. Contohnya, air mineral dengan berbagai label berbeda, tetapi berasal dari satu pabrik yang memproduksi secara massal.
Produk Kecantikan
Industri kecantikan adalah salah satu yang paling sering menggunakan sistem white label. Produk seperti facial wash, sheet mask, hingga face serum biasanya dibuat oleh pabrik besar dengan formula generik, lalu dijual kembali ke berbagai brand untuk diberi label masing-masing. Hal ini membuat proses peluncuran produk jauh lebih cepat dan efisien.
Aksesori Elektronik
Earphone, power bank, dan kabel USB juga termasuk produk yang kerap diproduksi menggunakan model white label. Satu pabrik dapat memproduksi ribuan item serupa, kemudian berbagai brand tinggal menempelkan logo atau kemasan berbeda. Cara ini memungkinkan brand menyediakan produk elektronik berkualitas tanpa membangun fasilitas produksi sendiri.
Pakaian dan Aksesori Fashion
Banyak brand fashion menjual pakaian atau aksesori yang sebenarnya merupakan produk white label. Misalnya kaos polos yang diproduksi oleh pabrik tertentu, lalu brand tinggal menambahkan sablon, tag, atau desain lain untuk dijual dengan identitas mereka sendiri. Strategi ini membuat brand bisa rutin merilis koleksi baru tanpa proses produksi rumit.
Peralatan Rumah Tangga
Rak dinding kayu, lampu tidur, hingga meja kerja minimalis sering kali dihasilkan oleh pabrik yang sama dan dijual dengan merek berbeda-beda. Sistem white label ini memudahkan toko atau brand untuk menyediakan produk rumah tangga yang variatif tanpa perlu memproduksinya sendiri.
Contoh Private Label
Merek Toko (Store Brands)
Store brand adalah private label yang dibuat khusus untuk satu retailer dan hanya dijual di toko tersebut. Contohnya Great Value (Walmart), Simple Truth (Kroger), hingga Specially Selected (Aldi). Banyak di antaranya diproduksi oleh pihak ketiga, sementara sebagian dibuat di fasilitas milik retailer sendiri. Identitas pemasok biasanya dirahasiakan, kecuali pada kasus tertentu seperti penarikan produk atau kolaborasi khusus, misalnya kopi Kirkland Signature yang diproses oleh Starbucks.
Makanan Cepat Saji
Menu di restoran cepat saji seperti kentang goreng, muffin, atau daging olahan sering diproduksi khusus untuk mereka oleh pabrik pihak ketiga. Produk ini menjadi ciri khas rasa masing-masing restoran dan hanya dijual di jaringan mereka. Meski begitu, mereka tetap menjual minuman atau dessert dari brand besar seperti Coca-Cola atau es krim dari merek partner.
Bidang Keuangan, Private Label Credit Card (PLCC)
PLCC adalah kartu kredit yang hanya bisa digunakan di satu toko saja, misalnya Target RedCard, Walmart Reward Card, atau Amazon Store Card. Keuntungannya termasuk promo eksklusif, cashback, hingga cicilan 0%. Berbeda dengan kartu co-branded, PLCC tidak memakai jaringan Visa atau Mastercard sehingga penggunaannya lebih terbatas.
Industri Game, Ghost Developers
Dalam industri game, private label muncul dalam bentuk ghost development, yaitu studio yang membuat game untuk perusahaan lain tanpa mencantumkan nama mereka. Ini bukan white label, tapi private label karena dibuat khusus untuk satu publisher. Contoh terkenal adalah Tose, studio Jepang yang ikut mengembangkan game seperti Super Mario Bros. 2 dan Pokemon Stadium.
Tinggalkan Komentar
Komentar