periskop.id - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) menegaskan bahwa keberadaan lahan gambut di kawasan hutan memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan perdagangan karbon sektor kehutanan di Indonesia. Potensi besar ini dinilai mampu memperkuat posisi Indonesia dalam pasar karbon global.

Direktur Bina Usaha Pemanfaatan Hutan Kemenhut, Ilham, menjelaskan bahwa luas kawasan berhutan Indonesia pada 2025 mencapai 95,5 juta hektare. 

“Additionality-nya juga besar. Di mana additionality merupakan potensi dari karbon kredit. Kenapa itu besar? Karena hutan kita itu banyak juga dari gambut. Gambut ini risiko kebakaran hutan itu tinggi,” ujarnya dalam rapat di Jakarta, Jumat.

Ia menambahkan, konsep adisionalitas (additionality) menjadi aspek penting dalam perdagangan karbon. Nilai tambah ini muncul karena adanya upaya nyata untuk menekan emisi gas rumah kaca (GRK). Tanpa faktor tersebut, kredit karbon bisa dikategorikan berkualitas rendah, sebab pengurangan emisi akan tetap terjadi meski tanpa dukungan pendanaan dari penjualan kredit karbon.

Meski begitu, Ilham mengaku belum dapat memastikan jumlah karbon dari sektor kehutanan yang bisa dijual ke pasar karbon sukarela (voluntary carbon market). 

Namun, ia menegaskan bahwa potensi perdagangan karbon dari sektor kehutanan tidak akan mengganggu target iklim nasional yang tercantum dalam Nationally Determined Contribution (NDC).

“Tinggi sekali, justru karena tinggi ini kita PD (percaya diri), itu tidak mengganggu NDC. Karena, dari data existing, net FOLU sink kita sudah tercapai di tahun 2024,” jelasnya.

Menurut Ilham, pencapaian tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki ruang yang cukup untuk mengembangkan perdagangan karbon tanpa mengorbankan komitmen iklim. 

Lahan gambut yang rawan kebakaran justru menjadi peluang besar untuk menghasilkan kredit karbon berkualitas tinggi melalui program pencegahan dan pengelolaan berkelanjutan.

Kemenhut menilai, dengan strategi yang tepat, perdagangan karbon sektor kehutanan dapat memberikan manfaat ganda: mendukung pencapaian target iklim sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat sekitar kawasan hutan.