Periskop.id - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa kebijakan fiskal, moneter, dan peran sektor swasta menjadi tiga pilar utama penggerak ekonomi nasional. Ketiganya harus berjalan seimbang agar pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung cepat sekaligus stabil.

Dalam paparannya, Menkeu memperkenalkan filosofi ‘Sumitronomics’ yang menekankan pentingnya keseimbangan dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Filosofi ini mencakup tiga pilar utama, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerataan hasil pembangunan, serta stabilitas nasional yang berkelanjutan.

"Strategi yang efektif dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga mencapai kisaran 6 sampai 8%," katanya di Surabaya dalam kuliah umum pada peringatan Dies Natalis ke-71 Universitas Airlangga, dikutip Senin (11/11).

Purbaya juga menyoroti tingkah stabilitas ekonomi tanah air saat ini. Ia menjelaskan kondisi perekonomian tidak dapat dilihat hanya dari perubahan suku bunga, melainkan juga harus mempertimbangkan pertumbuhan jumlah uang beredar.

Berdasarkan pengamatannya selama lebih dari dua dekade, kebijakan yang diambil dengan tepat mampu menjaga stabilitas ekonomi. Terbukti, saat Indonesia berhasil melewati krisis global tahun 2008, yaitu ketika nilai rupiah tetap menguat meskipun suku bunga mengalami penurunan.

"Selama lebih dari 25 tahun saya mengamati dinamika ekonomi, pertumbuhan di atas 8% dapat dicapai dalam jangka panjang apabila kebijakan fiskal, moneter, dan iklim investasi dijalankan secara konsisten dan tepat arah," ucap Menkeu Purbaya.

Selain itu, permintaan dalam negeri merupakan salah satu kunci utama untuk mempertahankan ketahanan ekonomi nasional di tengah dinamika global yang tidak menentu. Dengan kontribusi hingga 90% terhadap PDB, konsumsi dalam negeri menjadi faktor penentu ketahanan ekonomi di tengah gejolak global.

"Jadi, walaupun kondisi global gonjang-ganjing, kalau saya jaga permintaan domestik yang 80% masih bisa cukup untuk menopang pertumbuhan dalam negeri,” ujar Menkeu Purbaya.