Periskop.id - Menjelang akhir tahun, kinerja ritel nasional menunjukkan sinyal positif. Menurut publikasi Bank Indonesia (BI) dalam laporan Survei Penjualan Eceran (SPE) edisi Oktober 2025, Indeks Penjualan Riil (IPR) diperkirakan tumbuh 4,3% secara tahunan (yoy), meningkat dibandingkan 3,7% yoy pada bulan sebelumnya.

Kenaikan ini terutama ditopang oleh peningkatan penjualan pada kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, Barang Budaya dan Rekreasi, serta Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya. Tiga sektor ini biasanya melonjak menjelang periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal.

Secara bulanan (month-to-month/mtm), IPR tumbuh 0,6%, membalik tren kontraksi pada September. BI mencatat bahwa pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya permintaan konsumen dan kegiatan promosi di ritel modern.

Lantas, bagaimana dengan IPR pada September?

Pada September 2025, IPR naik 3,7% yoy, melanjutkan tren pertumbuhan positif dari 3,5% yoy pada Agustus. Namun secara bulanan, penjualan ritel sempat terkoreksi -2,4% mtm, terutama akibat penurunan permintaan pada subkelompok Sandang (pakaian).

Kelompok Suku Cadang dan Aksesori, Makanan dan Minuman, serta Barang Budaya dan Rekreasi menjadi penopang utama pertumbuhan ritel selama periode tersebut. Kondisi ini menggambarkan bahwa meskipun daya beli masyarakat masih solid, konsumsi ritel tetap sangat dipengaruhi oleh siklus musiman.

Guna mempermudah perbandingan capaian IPR September dan prakiraan Oktober, berikut adalah rinciannya:

Indeks Penjualan Riil (IPR)Pertumbuhan Tahunan (YoY)Pertumbuhan Bulanan (MtM)Keterangan Pendorong
September 20253,7% (vs 3,5% Agustus)-2,4% (Kontraksi, dipengaruhi Sandang)Didukung Suku Cadang, Makanan & Minuman.
Oktober 2025 (Prakiraan)4,3% (vs 3,7% September)0,6% (Ekspansi)Didorong permintaan menjelang Natal.

Dari sisi spasial, pertumbuhan penjualan eceran September 2025 paling menonjol terjadi di Surabaya (17,9% yoy) dan Banjarmasin (16,4% yoy). Keduanya melampaui pertumbuhan pada bulan sebelumnya, yang masing-masing sebesar 15,4% dan 13,2%.

Sementara itu, Semarang (termasuk Purwokerto) mencatat pertumbuhan 6,9% yoy, dan Denpasar tetap tumbuh positif 0,8% yoy.

Namun, secara bulanan, beberapa kota besar masih mencatat kontraksi penjualan, terutama Bandung (-4,0% mtm) dan Jakarta (-2,7% mtm).

Memasuki Oktober, penjualan ritel diproyeksikan meningkat di sebagian besar wilayah survei BI. Secara tahunan, pertumbuhan tertinggi diperkirakan di Surabaya (19,1% yoy), Semarang (8,3% yoy), dan Denpasar (2,3% yoy).

Sementara secara bulanan, kota-kota besar seperti Bandung (4,3% mtm), Manado (4,2% mtm), dan Jakarta (4,0% mtm) diprediksi mengalami pemulihan signifikan. Kenaikan ini menandakan pergeseran konsumsi menuju produk kebutuhan akhir tahun, seperti makanan, dekorasi rumah, dan hiburan keluarga.