periskop.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini, Kamis 13 November 2025 berptensi melanjutkan penguatan. IHSG diperkirakan bisa mencapai level 8.500.

Sebelumnya, IHSG ditutup menguat di level 8388.57  atau naik 0.26% pada perdagangan Rabu (12/11). IHSG berhasil rebound setelah selama dua hari perdagangan ditutup melemah akibat profit taking, meskipun rupiah melemah pada level Rp16,717 per USD di tengah penguatan indeks Dolar AS (12/11).

“Penguatan indeks antara lain ditopang oleh data ekonomi domestik yang cenderung mulai membaik akhir-akhir ini seiring dengan adanya tren penurunan suku bunga oleh BI dan paket stimulus dari pemerintah,” ulas Tim Riset Phintraco Sekuritas, Kamis (13/11).

BI mengindikasikan masih terbuka peluang penurunan BI rate lebih lanjut dengan ekspektasi akan ada penurunan sebesar 50 bps lagi hingga akhir Maret 2026.  Di sisi lain, maraknya aksi korporasi beberpaa emiten, seperti buyback saham, pembagian dividen interim, rights issue, private placement dan akusisi, juga menjadi katalis positif. 

Secara teknikal, dalam tren jangka pendek, menengah dan panjang IHSG masih di area bullish di mana IHSG di tutup di atas MA5, MA20 dan MA50. Indikator MACD juga masih bertahan di area positif. Namun Stochastic RSI  masih di area overbought dan IHSG mendekati upper Bollinger Band, mengindikasikan IHSG di area bullish sekaligus rentan profit taking.

“Sehingga diperkirakan IHSG akan cenderung bergerak konsolidasi di kisaran 8350-8450. Jika IHSG mampu bertahan di atas level 8450 dengan diikuti volume, diperkirakan berpeluang menuju level psikologis di 8.500,” tulis riset tersebut. Beberapa saham yang menarik dicermati pada perdagangan hari ini, antara lain ELSA, INKP, TKIM, AKRA dan MYOR.

Dari Inggris (13/11) akan dirilis data pertumbuhan GDP Preliminary kuartal III 2025 yang menurut konsensus diperkirakan 0.2% QoQ dan 1.4% YoY dari 0.3% QoQ dan 1.4% YoY di 2Q25. Sedangkan dari Euro Area akan dirilis data industrial production bulan September 2025 yang diperkirakan naik 0.7% MoM setelah turun 1.2% MoM di Agustus 2025.

Bersamaan dengan itu, indeks di Wall Street ditutup beragam pada perdagangan Rabu (12/11). Investor melakukan rotasi dari sektor teknologi ke bluechips, menjelang akan dibukanya kembali pemerintahan AS. Setelah pada awal pekan ini Senat AS menyetujui RUU  untuk mencairkan pendanaan federal bagi sebagian besar lembaga hingga 30 Januari 2026, kemudian RUU tersebut  akan dibawa ke DPR untuk dilakukan pemungutan suara pada pekan ini.

“Karena mayoritas anggota DPR AS  berasal dari Partai Republik, sehingga DPR AS kemungkinan akan menyetujui RUU tersebut. Setelah itu RUU tersebut akan ditandatangani oleh Presiden Trump menjadi undang-undang. Dan government shutdown akan berakhir,” tulis riset Phintraco.

Pembukaan kembali pemerintahan berarti akan kembali dirilisnya beberapa data indikator ekonomi resmi, yang telah tertunda akibat shutdown. Data ekonomi ini penting  karena membantu investor dan the Fed menilai kondisi ekonomi AS. Anggota the Fed masih terbagi pendapatnya mengenai prospek pemangkasan suku bunga di Desember.

Menurut CME Fedwatch, terdapat peluang sebesar 61.9% akan ada  pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps di  Desember, naik dari peluang sebelumnya sebesar 57.8%. 

U.S. 10-year Bond Yield turun 4 bps ke level 4.065%, seiring potensi berakhirnya shutdown. Harga emas spot menguat 1.8% ke level US$4,199/troy oz (12/11), didorong oleh meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga the Fed.