periskop.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan ketertarikan kuat negara-negara Afrika, khususnya Ethiopia dan Angola, untuk memperdalam kerja sama sektor pertanian dengan Indonesia sebagai pintu masuk penguatan hubungan ekonomi bilateral.

"Tadi seperti di Angola, mereka ingin belajar untuk bidang pertanian, seperti justru untuk kopi, untuk kakao, terkait dengan hal-hal ekonomi yang bersifat lebih maju tapi juga yang fundamental basic," kata Airlangga dalam keterangan pers di Johannesburg, Afrika Selatan, Minggu (23/11).

Airlangga menjelaskan pertemuan bilateral yang dihadiri Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka tersebut membuka peluang strategis bagi Indonesia.

Negara-negara Afrika memandang Indonesia sebagai mitra ideal untuk bertukar pengetahuan mengenai pengelolaan sumber daya alam.

Fokus kerja sama tidak hanya berhenti pada komoditas mentah. Negara mitra juga membidik keahlian Indonesia dalam mengolah produk turunan, khususnya kelapa sawit (palm oil derivatives).

Hal ini sejalan dengan keinginan mereka meningkatkan nilai tambah komoditas domestik masing-masing.

Khusus untuk Ethiopia, jejak ekonomi Indonesia sebenarnya sudah tertancap cukup dalam.

Airlangga menyebut saat ini sudah terdapat 5 hingga 6 perusahaan investor asal Indonesia yang beroperasi di negara tersebut.

Kehadiran sektor swasta ini menjadi modal kuat untuk memperluas cakupan kerja sama ke level antar-pemerintah yang lebih strategis.

"Mereka juga membutuhkan support dari Indonesia terutama untuk di sektor agrikultur," tambahnya.

Sebagai tindak lanjut dari pembicaraan di sela-sela KTT G20 ini, para pemimpin dari Ethiopia dan Angola menyatakan keinginan mereka untuk berkunjung langsung ke Indonesia.

Kunjungan tersebut direncanakan terealisasi pada tahun depan guna mematangkan skema kerja sama.

Merespons antusiasme tersebut, Airlangga memastikan akan segera berkoordinasi dengan menteri teknis terkait.

Pemerintah Indonesia berencana mengirim delegasi pendahuluan untuk memetakan potensi dan kebutuhan spesifik sebelum kunjungan kenegaraan resmi dilakukan.

Langkah diplomasi pertanian ini dinilai strategis mengingat posisi Afrika sebagai "benua masa depan" dengan pertumbuhan ekonomi cepat.

Sinergi di sektor pangan ini diharapkan memperkokoh peran Indonesia sebagai mitra kunci bagi negara-negara Global South.