periskop.id - Harga emas kembali menguat pada Rabu (3/12), seiring investor yang masih menaruh harapan pada kemungkinan pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed). Pekan ini, serangkaian data ekonomi AS akan menjadi acuan arah kebijakan moneter. Sementara itu, harga perak melonjak ke level tertinggi sepanjang masa.

Melansir Reuters, Rabu (3/12), spot gold naik 0,4% menjadi USD 4.222,22 per ons pada pukul 05.06 GMT, setelah sebelumnya turun lebih dari 1% di sesi perdagangan sebelumnya. Kontrak berjangka emas AS untuk pengiriman Desember tercatat naik 0,8% menjadi USD 4.252,90 per ons.

“Kami melihat adanya aksi ambil untung pada emas dan peralihan ke aset kripto atau saham, jadi wajar jika harga kembali menguat, apalagi dengan peluang tinggi pemotongan suku bunga menjelang akhir tahun,” kata Brian Lan, Managing Director GoldSilver Central.

Saat ini, kontrak suku bunga AS memperkirakan kemungkinan 89% terjadinya pemotongan suku bunga pekan depan, meningkat dari 85% minggu lalu, menurut alat FedWatch CME. Data ekonomi terbaru yang menunjukkan perlambatan ringan di AS semakin memperkuat ekspektasi pemotongan suku bunga pada pertemuan The Fed 9–10 Desember mendatang. Sejumlah broker besar juga memproyeksikan pelonggaran kebijakan.

Emas, yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding), cenderung berkinerja baik di lingkungan suku bunga rendah. Investor juga menantikan data penting pekan ini, termasuk laporan ketenagakerjaan ADP November pada Rabu, serta Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) September yang tertunda—sebagai indikator inflasi favorit The Fed—yang dijadwalkan keluar Jumat mendatang.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump menyatakan pada Selasa bahwa ia berencana mengumumkan kandidat pengganti Jerome Powell sebagai Ketua The Fed pada awal tahun depan.

Di sisi lain, bank sentral dunia membeli 53 ton emas pada Oktober, naik 36% dibanding bulan sebelumnya, dan menjadi permintaan bersih bulanan terbesar sejak awal 2025, menurut World Gold Council.

Harga perak juga naik 0,4% menjadi USD 58,73 per ons, setelah sempat mencapai rekor tertinggi baru di USD 58,94 per ons pada awal sesi.

“Perak naik karena kekurangan pasokan fisik, terlihat dari persediaan COMEX yang menipis, juga persediaan di China berkurang. Jadi fundamental perak juga sangat bullish,” ujar Kunal Shah, Kepala Riset Nirmal Bang Commodities, Mumbai.

Selain itu, platinum naik 0,3% menjadi USD 1.638,34 per ons, sementara palladium tetap stabil di USD 1.462,27 per ons.