periskop.id - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan bahwa BP AKR kembali melakukan pemesanan bahan bakar minyak (BBM) dari Pertamina Patra Niaga. Dalam kurun waktu dua pekan, perusahaan tersebut akan menerima tambahan pasokan sebesar 100 ribu barel.

“BP AKR 2 minggu lagi ada pesan lagi satu kargo 100 ribu (barel), di minggu ketiga November,” ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, dilansir dari Antara, Jumat (7/11).

Tambahan pasokan ini dilakukan setelah BP sebelumnya membeli 100 ribu barel base fuel dari Pertamina pada akhir Oktober 2025. Langkah tersebut menjadi bagian dari upaya pemulihan stok BBM di SPBU swasta yang sempat mengalami kelangkaan sejak pertengahan Agustus 2025.

Laode juga menyinggung soal kuota impor untuk badan usaha pengelola SPBU swasta pada 2026. Menurutnya, pemerintah kemungkinan kembali menggunakan pola tambahan 10% dari kuota utama. “Kemungkinan seperti itu polanya. 100 plus 10%. Tapi kan referensi tahunnya beda kan. Kalau kemarin tahun 2024, sekarang tahun 2025,” jelasnya.

Kelangkaan BBM di SPBU swasta, termasuk bp, sempat menimbulkan antrean panjang dan keresahan masyarakat. Data riset IESR (Institute for Essential Services Reform, 2024) menunjukkan bahwa konsumsi BBM nasional tumbuh rata-rata 3,5% per tahun, sehingga pasokan tambahan menjadi krusial untuk menjaga stabilitas distribusi.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sebelumnya menegaskan bahwa badan usaha swasta harus memanfaatkan kuota impor Pertamina untuk memulihkan stok mereka. Setelah negosiasi intensif selama dua bulan, kini pasokan di SPBU bp mulai kembali normal.

Selain BP, Laode menyebutkan bahwa Vivo juga mendekati kesepakatan pembelian BBM dari Pertamina dengan volume sekitar 100 ribu barel. Sementara itu, negosiasi dengan Shell masih berlangsung dan dijadwalkan akan dibahas lebih lanjut dalam pertemuan mendatang.