periskop.id - Harga minyak dunia ditutup menguat pada Kamis (Jumat waktu Jakarta), didorong oleh ekspektasi investor bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga. Di saat yang sama, mandeknya pembicaraan damai Ukraina meredam harapan adanya kesepakatan yang dapat mengembalikan arus pasokan minyak Rusia ke pasar global.

Melansir Reuters, Jumat (5/12), harga minyak Brent naik 59 sen atau 0,94% menjadi US$63,26 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 72 sen atau 1,22% ke US$59,67 per barel.

Pada awal sesi, harga minyak mentah AS sempat melonjak lebih dari US$1 per barel. Sentimen meningkat setelah data menunjukkan perlambatan pertumbuhan lapangan kerja di AS, sehingga memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga yang dinilai dapat menopang ekonomi terbesar dunia dan meningkatkan permintaan minyak.

Nilai dolar juga melemah dan berada di jalur penurunan selama 10 hari berturut-turut terhadap sekeranjang mata uang utama, membuat minyak lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

“Saya rasa potensi pemangkasan suku bunga kini mendominasi segalanya dan mendorong harga minyak naik,” kata Phil Flynn, analis senior Price Futures Group.

Ketegangan yang meningkat antara Amerika Serikat dan Venezuela turut memberi dorongan terhadap harga minyak. Analis menilai pasar mengantisipasi adanya potensi penurunan pasokan minyak dari negara Amerika Selatan tersebut.

“Harga minyak acuan dapat terdampak signifikan oleh meningkatnya ketegangan militer antara AS dan Venezuela,” tulis analis Rystad Energy dalam sebuah catatan. Mereka mencatat bahwa pemerintahan Presiden AS Donald Trump semakin menekan Presiden Venezuela Nicolás Maduro, “mengindikasikan kemungkinan terjadinya intervensi AS.”

Pembicaraan Damai Ukraina Mandek

Harga minyak juga mendapatkan dukungan dari persepsi bahwa upaya mencapai kesepakatan damai di Ukraina mengalami kebuntuan. Perwakilan Trump yang mengikuti pertemuan dengan pihak Kremlin tidak membawa kabar kemajuan apa pun dalam upaya mengakhiri perang tersebut.

“Perang dan politik, yang berhadapan dengan kondisi stok yang masih nyaman, potensi surplus pasokan, dan strategi pangsa pasar OPEC, membuat Brent bertahan di kisaran US$60–US$70 untuk saat ini,” kata analis PVM.

Sebelumnya, harapan berakhirnya perang Ukraina sempat menekan harga minyak karena pelaku pasar memperkirakan kesepakatan dapat membuka kembali aliran minyak Rusia ke pasar global yang sudah kelebihan pasokan.

Di sisi lain, Ukraina kembali menyerang pipa minyak Druzhba di wilayah Tambov, Rusia, menurut sumber intelijen militer Ukraina. Ini merupakan serangan kelima terhadap pipa yang menyalurkan minyak Rusia ke Hongaria dan Slovakia. Meski demikian, operator pipa dan perusahaan minyak serta gas Hongaria memastikan pasokan masih berjalan normal.

“Kampanye drone Ukraina terhadap infrastruktur penyulingan Rusia telah memasuki fase yang lebih berkelanjutan dan terkoordinasi secara strategis,” tulis konsultan Kpler dalam laporan risetnya.

Mereka menambahkan bahwa serangan tersebut menurunkan kapasitas penyulingan Rusia menjadi sekitar 5 juta barel per hari pada periode September hingga November, turun 335.000 bph secara tahunan dengan produksi bensin menjadi yang paling terdampak, sementara output gasoil juga melemah.

Data Pasokan AS dan Revisi Proyeksi Harga

Administrasi Informasi Energi AS (EIA) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah dan bahan bakar AS naik pada pekan yang berakhir 28 November, seiring meningkatnya aktivitas penyulingan. Stok minyak mentah bertambah 574.000 barel menjadi 427,5 juta barel. Data ini berbeda dari ekspektasi survei Reuters yang memperkirakan penurunan 821.000 barel.

Fitch Ratings pada Kamis menurunkan asumsi harga minyak untuk periode 2025–2027. Penurunan proyeksi ini mempertimbangkan potensi kelebihan pasokan pasar dan pertumbuhan produksi yang diperkirakan melampaui permintaan.

Pergerakan Harga Minyak Global

Arab Saudi menetapkan harga jual resmi (OSP) minyak Arab Light untuk pengiriman Januari ke Asia sebesar US$0,60 per barel di atas rata-rata Oman/Dubai. Ini merupakan level terendah dalam lima tahun terakhir, menurut dokumen harga yang dilihat Reuters.

Sementara itu, produksi minyak dan kondensat gas di Kazakhstan turun 6% dalam dua hari pertama Desember. Penurunan terjadi menyusul serangan drone Ukraina yang menargetkan fasilitas pemuatan milik Konsorsium Pipa Kaspia (CPC) di Laut Hitam, menurut sumber industri pada Kamis.