periskop.id - Laporan Global Organized Crime Index 2023 yang dirilis oleh Global Initiative Against Transnational Organized Crime menempatkan Myanmar sebagai negara dengan tingkat kriminalitas terorganisir tertinggi di Asia, dengan skor indeks 8,15. Data ini juga menunjukkan bahwa beberapa negara lain di kawasan Asia, termasuk Indonesia, berada di antara 10 besar dengan tingkat kriminalitas terorganisir yang signifikan.

Laporan tersebut menilai tingkat kriminalitas suatu negara berdasarkan pasar kriminal dan aktor kriminal. Berbagai pasar kriminal dianalisis, termasuk perdagangan manusia, perdagangan senjata, kejahatan siber, dan kejahatan finansial. Sementara itu, aktor kriminal yang dinilai meliputi mafia, jaringan kriminal, dan pejabat yang terjerat dalam kejahatan terorganisir.

Berikut adalah daftar negara di Asia dengan indeks kriminalitas tertinggi menurut laporan tersebut, beserta konteks situasinya:

1. Myanmar (Indeks Kriminalitas: 8,15) 

Tingkat kriminalitas terorganisir di Myanmar melonjak signifikan, terutama setelah kudeta militer tahun 2021. Kekacauan politik dan konflik bersenjata menyebabkan meningkatnya perdagangan manusia dan perdagangan senjata ilegal. Negara ini menjadi pusat sindikat penipuan siber yang beroperasi di wilayah perbatasan, sering kali dengan korban yang dipaksa bekerja di bawah ancaman kekerasan.

2. Irak (Indeks Kriminalitas: 7,13)

Bertahun-tahun konflik dan ketidakstabilan politik telah menciptakan lingkungan yang subur bagi kejahatan terorganisir. Perdagangan narkoba, penyelundupan migran, dan kejahatan finansial menjadi masalah utama yang menggerogoti stabilitas negara.

3. Afghanistan (Indeks Kriminalitas: 7,10) 

Sama halnya dengan Irak, situasi politik di Afghanistan setelah pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban berdampak pada meningkatnya kejahatan terorganisir. Perdagangan opium dan narkotika, serta perdagangan senjata, menjadi sumber pendapatan utama bagi kelompok kriminal.

4. Lebanon (Indeks Kriminalitas: 7,10)

Krisis ekonomi dan politik yang berkepanjangan di Lebanon telah memicu peningkatan kejahatan, terutama yang berkaitan dengan penyelundupan, korupsi, dan kejahatan finansial. Sistem perbankan yang rapuh menjadi sasaran empuk untuk kegiatan pencucian uang.

5. Suriah (Indeks Kriminalitas: 7,07) 

Konflik internal yang tak kunjung usai menjadikan Suriah sebagai sarang kriminalitas. Perdagangan narkotika, terutama Captagon, menjadi sumber pendapatan utama bagi kelompok bersenjata dan pihak-pihak terkait, yang mengancam stabilitas regional.

6. Iran (Indeks Kriminalitas: 7,03)

Laporan ini menyoroti permasalahan terkait perdagangan manusia, termasuk eksploitasi kerja paksa, yang menjadi isu serius di Iran. Selain itu, perdagangan narkoba dan kejahatan siber juga menjadi perhatian utama.

7. Kamboja (Indeks Kriminalitas: 6,85)

Kamboja dikenal sebagai pusat sindikat penipuan siber dan perdagangan manusia. Ribuan orang dari berbagai negara dilaporkan telah menjadi korban "perdagangan untuk kriminalitas", di mana mereka dipaksa bekerja dalam pusat-pusat penipuan daring.

8. Indonesia (Indeks Kriminalitas: 6,85)

Indonesia menghadapi beragam tantangan kejahatan, mulai dari kejahatan konvensional seperti pencurian dan penipuan hingga kejahatan terorganisir, termasuk perdagangan manusia, kejahatan siber, dan penyelundupan narkoba. Berdasarkan data kepolisian, kejahatan konvensional masih mendominasi. Dari total 287.951 kasus tindak pidana yang tercatat pada Semester I 2025, sebanyak 249.589 kasus atau sekitar 86,68% merupakan kejahatan konvensional.

9. Filipina (Indeks Kriminalitas: 6,63)

Filipina menghadapi masalah kejahatan terorganisir yang kompleks, termasuk terkait dengan perdagangan narkoba, penculikan, dan kejahatan siber. Laporan Human Rights Watch juga menyoroti kasus-kasus pembunuhan di luar hukum, biasanya dilakukan polisi saat razia narkoba atau oleh pelaku tak dikenal, terus berlangsung sepanjang 2024. 

Menurut pemantauan organisasi Dahas, antara Januari–15 November 2024 ada 332 orang terbunuh, lebih dari separuhnya oleh aparat keamanan. Sejak Marcos menjabat pada 1 Juli 2022, tercatat 841 orang tewas terkait kasus narkoba.

Selain itu, pembunuhan oleh death squad atau pembunuh bayaran—sering menggunakan motor—marak di Metro Manila dan kota lain, serta kasus kekerasan politik rutin hadir jelang pelaksanaan Pemilu.

10. Nepal (Indeks Kriminalitas: 6,57)

Nepal memiliki masalah signifikan terkait perdagangan manusia, di mana korban sering kali direkrut untuk eksploitasi seksual dan kerja paksa, baik di dalam maupun luar negeri. Meskipun ada upaya penegakan hukum, tantangan tetap ada dalam memberantas sindikat kejahatan ini.