periskop.id - Presiden RI Prabowo Subianto menegaskan bahwa perubahan iklim merupakan ancaman nyata yang dampaknya telah dirasakan langsung oleh Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. 

Ia menyatakan bahwa sebagai respons, pemerintah tidak hanya mengandalkan slogan tetapi mengambil aksi konkret, termasuk megaproyek pembangunan tanggul laut raksasa (giant sea wall).

Berbicara dari podium Sidang ke-80 Majelis Umum PBB di New York, Selasa (23/9), Prabowo secara gamblang membantah pandangan skeptis terhadap perubahan iklim yang sebelumnya disampaikan Presiden AS Donald Trump.

"Kami, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, ... telah mengalami dampak langsung dari perubahan iklim, khususnya ancaman naiknya tinggi permukaan laut. Tinggi permukaan laut di pesisir utara ibu kota negara kami naik 5 centimeter tiap tahun," kata Prabowo.

Sebagai langkah nyata, Prabowo memaparkan rencana pembangunan tanggul laut raksasa di sepanjang pesisir Pantai Utara Jawa untuk membentengi daratan dari naiknya permukaan air laut. 

"Kami terpaksa membangun tanggul laut raksasa, panjangnya 480 kilometer. Kami mungkin butuh 20 tahun untuk membangun itu, tetapi kami tidak punya pilihan lain. Kami harus mulai bertindak sekarang," ujarnya.

Di samping upaya adaptasi, Presiden juga menegaskan komitmen Indonesia dalam mitigasi iklim sesuai Perjanjian Paris 2015. 

Ia menyebut target bebas emisi (net-zero emission) pada tahun 2060 dan optimistis target tersebut dapat dicapai lebih cepat. 

"Kami menargetkan bebas emisi pada tahun 2060, tetapi kami yakin dapat lebih cepat mencapai itu," kata Presiden.

Komitmen lainnya diwujudkan melalui reforestasi lahan tandus seluas lebih dari 12 juta hektare dan transisi energi. 

"Mulai tahun depan, sebagian besar tambahan kapasitas listrik kami diperoleh dari pembangkit-pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan," ujar Presiden Prabowo.

Pidato Prabowo disampaikan pada urutan ketiga setelah Presiden Brasil dan Presiden AS, sebuah tradisi dalam Sidang Majelis Umum PBB. Kehadirannya di forum tahunan ini juga menandai kembalinya kepala negara Indonesia setelah absen selama sepuluh tahun.