periskop.id - Pemerintah Thailand dan Kamboja sepakat menggelar pertemuan Komisi Perbatasan Bersama dalam waktu dekat untuk mempercepat penanganan ranjau darat dan pembangunan pagar di sepanjang garis perbatasan kedua negara. Langkah ini diambil menyusul meningkatnya ketegangan yang kembali mencuat di wilayah perbatasan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikondet Phalangkun, menyatakan bahwa pertemuan kali ini bersifat mendesak, meskipun biasanya mekanisme bilateral tersebut dijalankan secara berkala. 

“Situasi kali ini sangat mendesak,” ujarnya dilansir dari Antara, Minggu (19/10), menegaskan urgensi diplomasi teknis di tengah eskalasi konflik.

Thailand berencana mengangkat isu dugaan pelanggaran wilayah oleh Kamboja di Ban Nong Chan dan Ban Nong Ya Kaew. Menurut Phalangkun, pihaknya akan menyampaikan rencana pembangunan pagar di area yang telah disepakati batasnya oleh kedua negara. 

“Kami akan memberi tahu pihak Kamboja tentang rencana menerapkan langkah-langkah keamanan,” katanya.

Selain itu, komisi bilateral tersebut akan membahas penarikan senjata berat dari zona perbatasan, peningkatan kerja sama dalam memberantas penipuan daring lintas negara, serta pengelolaan wilayah perbatasan yang lebih terstruktur dan aman. Thailand berharap pertemuan ini dapat menghasilkan kesepakatan yang konkret dan berkelanjutan.

“Thailand sekali lagi berharap Kamboja bisa memenuhi komitmennya dengan penuh tanggung jawab,” tegas Phalangkun, menyinggung pentingnya konsistensi dalam pelaksanaan kesepakatan bilateral sebelumnya.

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja bukan hal baru. Sengketa perbatasan yang telah berlangsung selama puluhan tahun kembali memanas pada 24 Juli, ketika kedua negara terlibat dalam kontak senjata. Serangan artileri dan udara dilaporkan terjadi, dengan korban jiwa dari kalangan militer dan sipil di kedua belah pihak.

Sebagai respons atas konflik tersebut, pada 4 Agustus kedua negara mengumumkan gencatan senjata yang segera berlaku. Beberapa hari setelahnya, kesepakatan resmi mengenai implementasi gencatan senjata pun ditandatangani, membuka jalan bagi dialog lanjutan dan upaya stabilisasi kawasan perbatasan.