periskop.id - Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi menyatakan keinginannya untuk mengadakan pertemuan puncak dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un guna menyelesaikan isu lama terkait penculikan warga negara Jepang oleh agen Pyongyang beberapa dekade lalu.

Melansir dari the Japan Times, pernyataan tersebut disampaikan Takaichi pada Senin (3/11) dalam sebuah acara di Tokyo yang juga dihadiri keluarga korban penculikan. Ia menegaskan bahwa penyelesaian kasus ini menjadi prioritas pemerintahannya karena menyangkut harkat dan keadilan bagi para korban dan keluarganya.

“Kami telah menyampaikan kepada Korea Utara keinginan kami untuk mengadakan pertemuan tingkat tinggi,” ujar Takaichi. 

Menurutnya tidak ada waktu untuk disia-siakan dalam penyelesaian masalah ini selagi keluarga korban masih sehat, sangat penting bagi kedua negara untuk membangun masa depan yang damai dan sejahtera lewat bekerjasama.

Takaichi menambahkan, dirinya siap “bertindak berani” demi menciptakan terobosan diplomatik, termasuk dengan bertemu langsung Kim Jong Un.
“Untuk membangun hubungan baru yang saling menguntungkan, saya bermaksud bertemu langsung dengan Ketua Kim Jong Un sebagai sesama pemimpin,” ucapnya.

Masalah penculikan ini telah menjadi salah satu isu paling sensitif dalam hubungan Jepang-Korea Utara. Setelah bertahun-tahun menyangkal, Korea Utara pada tahun 2002 mengakui bahwa agen-agennya telah menculik sedikitnya 13 warga Jepang pada 1970-an dan 1980-an. Mereka digunakan untuk melatih mata-mata Korea Utara dalam bahasa dan budaya Jepang.

Sebagian korban telah dikembalikan ke Jepang setelah pertemuan bersejarah antara mantan Perdana Menteri Junichiro Koizumi dan Kim Jong Il pada tahun 2002. Namun, sejumlah lainnya masih belum diketahui nasibnya hingga kini.

Takaichi menegaskan bahwa pemerintah Jepang akan terus mendorong dialog dengan Pyongyang tanpa menutup peluang diplomasi. Ia berharap, pertemuan dengan Kim Jong Un dapat membuka babak baru hubungan kedua negara.

“Penyelesaian masalah penculikan ini penting bukan hanya bagi keluarga korban, tetapi juga bagi masa depan hubungan Jepang dan Korea Utara,” kata Takaichi.