periskop.id - Terpilihnya Sanae Takaichi menjadi perdana menteri perempuan pertama Jepang menjadi babak baru setelah berhasil menyabet 237 suara melalui voting di parlemen pada Selasa (21/10) lalu.
Sebelumnya, Sanae Takaichi sempat gagal dua kali pada tahun 2021 dan 2024 hingga memperoleh kemenangan pada tahun ini.
Takaichi merupakan seorang Presiden Partai Liberal Demokrat (LDP) yang dipilih setelah dukungan oleh mitra koalisi baru LDP dari Partai Inovasi Jepang (JIP) di tengah perubahan politik yang terus berjalan dengan bertambahnya jumlah partai, sebagaimana dikutip Antara Kamis (23/10).
Selain itu, Takaichi juga seorang konservatif dengan pandangan tradisional tentang peran gender dan punya hobi dalam musik heavy metal.
Meski bukan berasal dari latar belakang keluarga politik, ia berhasil lulus ujian masuk di beberapa Universitas swasta elit di Jepang. Takaichi memilih untuk menempuh pendidikan di Universitas Kobe, sebuah universitas nasional terkemuka dan membayar biaya kuliah sendiri hingga bekerja paruh waktu.
Tahun 1987, ia memulai perjalan karir magang sebagai anggota kongres di kantor Anggota DPR Pat Schroeder, Amerika Serikat. Pada tahun 1993 Takaichi pertama kali terpilih menjadi anggota parlemen mewakili kampung halamannya di Nara. Ia memutuskan untuk bergabung dengan LPD tiga tahun kemudian dan menjabat pada sejumlah posisi penting pemerintahan, termasuk menteri keamanan ekonomi.
Menjabat sebagai menteri komunikasi internasional yang bertugas mengelola kebijakan telekomunikasi dan regulasi media penyiaran pada 2014—2017 dan 2019—2020. Takaichi menganut teori moneter modern yang menyatakan terlibat dalam pengeluaran defisit pada pertahanan dan bagian lain anggara.
Sejak lama, ia memperjuangkan peran gender tradisional, menentang pernikahan sesama jenis, bahkan mendukung suksesi takhta Jepang yang boleh dilakukan oleh laki-laki. Takaichi telah banyak berbicara tentang hak-hak perempuan, khususnya mengadvokasi perluasan layanan rumah sakit untuk kesehatan perempuan dan terbuka tentang perjuangannya sendiri dengan gejala menopause.
Fakta lain, ia merupakan seorang perempuan yang berjuang untuk mendapatkan keturunan. Takaichi tidak memiliki anak kandung, tetapi merupakan ibu tiri bagi tiga anak, memiliki empat cucu dari pernikahan sebelumnya dengan mantan anggota parlemen dan sesama anggota LDP, Taku Yamamoto.
Sementara di sisi ekonomi, ia menyusun rencana yang disebut “Sanaenomics” dengan fokus pada kebijakan moneter ekspansif, belanja fiskal fleksibel, dan investasi besar untuk manajemen krisis dan pertumbuhan.
“Sanaenomics” memiliki tiga pilar yang mengingatkan pada tiga anak panah dengan pilar pertama tentang penguatan kemampuan manajemen krisis nasional dan mendorong pertumbuhan ekonomi lewat investasi.
Kedua, kebijakan fiskal ekspansif diterapkan dan ketiga pemerintah akan secara jelas memikul tanggung jawab atas kebijakan moneter. Bank akan terus menjaga kebebasan dalam menentukan alat kebijakan tertentu.
Tinggalkan Komentar
Komentar