Periskop.id - Amerika Serikat (AS) menghadapi lonjakan signifikan kasus batuk rejan (pertusis) sepanjang tahun ini. Menurut data terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (Centers for Disease Control and Prevention/CDC), lebih dari 25.000 kasus pertusis telah dilaporkan di seluruh negara bagian.
Dilansir dari Antara, Selasa (25/11), angka ini menandai tahun kedua berturut-turut dengan tingkat infeksi yang jauh di atas level biasanya. Meskipun angka kasus sedikit di bawah periode yang sama tahun lalu, yakni sekitar 33.000 kasus, data CDC menunjukkan bahwa infeksi batuk rejan kini jauh melampaui level yang tercatat sebelum pandemi Covid-19, ketika sekitar 18.600 kasus dilaporkan pada tahun 2019.
Ancaman Fatal Bagi Bayi
Pertusis yang dikenal sangat menular menjadi ancaman paling serius bagi bayi. Laporan terbaru mengonfirmasi adanya kematian bayi terkait penyakit ini di beberapa negara bagian, di antaranya:
- Washington: Melaporkan kematian bayi pertama terkait pertusis sejak tahun 2011 pada bulan Februari lalu.
- Louisiana: Mencatat dua kematian bayi akibat penyakit ini dalam enam bulan terakhir. Kematian sebelumnya di Louisiana terjadi pada tahun 2018.
Menurut CDC, batuk rejan disebabkan oleh bakteri bordetella pertussis. Bakteri ini menempel pada silia (rambut halus) di saluran pernapasan atas dan melepaskan racun. Racun tersebut merusak struktur silia yang kemudian menyebabkan pembengkakan pada saluran napas dan memicu batuk parah.
Peningkatan kasus batuk rejan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan otoritas kesehatan publik, mengingat pertusis dapat dicegah melalui vaksinasi.
Tinggalkan Komentar
Komentar