Periskop.id - CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) Rosan Roeslani mengungkapkan, proyek waste to energy atau pembangunan stasiun PSEL di 33 kota di seluruh wilayah Indonesia, membutuhkan investasi dengan total nilai sekitar Rp91 triliun.

Setiap stasiun Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) diperkirakan memiliki kapasitas pengelolaan sekitar 1.000 ton sampah per hari.

“Mungkin total investasinya itu mencapai kurang lebih Rp91 triliun untuk di 33 daerah. Waktu itu angka yang diambil berdasarkan 1.000 ton (kapasitas per hari per PSEL) karena di satu daerah bisa menjadi lebih,” kata Rosan dalam acara Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025 di Jakarta, Jumat (10/10). 

Rosan mengatakan, pihaknya juga akan menghadirkan showcase untuk program waste to energy selama gelaran ISF. Menurutnya, proyek ini mendapat sambutan yang luar biasa dari para investor dan calon investor.

“Saya mendapat informasi, yang ingin ikut program atau terdaftar sudah mencapai 192 perusahaan untuk program waste to energy yang baru saja kita sampaikan ini,” ucapnya. 

Menurut dia, IISF menjadi forum yang sangat baik. Tidak hanya dari segi peluang investasi, tetapi juga sebagai sarana untuk menyampaikan berbagai kebijakan dan regulasi pemerintah Indonesia kepada calon investor.

Rosan menegaskan, program waste to energy sangat penting karena tidak hanya memberikan dampak positif terhadap penyediaan listrik, tetapi juga terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.

“Kami tidak bisa melaksanakan program ini sendirian, sehingga kami sangat terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai pihak, baik lokal maupun internasional, demi mewujudkan tujuan tersebut,” kata dia.

Adapun peluncuran program waste to energy direncanakan berlangsung pada awal November 2025, serta akan dilakukan melalui proses lelang yang terbuka dan transparan.

Melalui waste to energy, ia berharap, dalam dua tahun ke depan, sebagian besar sampah di kota-kota besar dapat diubah menjadi energi Listrik, sekaligus menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat Indonesia.

Sebagai langkah awal, Danantara bersama pemerintah akan memprioritaskan program waste to energy di 10 kota pertama yang dipilih berdasarkan hasil penilaian dari Kementerian Lingkungan Hidup seperti Tangerang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Bali, Makassar dan kota lainnya.

“Sepuluh daerah awal, karena memang itu kriterianya sudah memenuhi, tidak hanya dari segi sampahnya tapi juga dari kesediaan air, lahan dan yang lain-lainnya,” ujar Rosan.

Ia menambahkan, pihaknya juga telah menyosialisasikan program ini kepada sejumlah kepala daerah setempat. Nantinya, setiap kota kemungkinan tidak hanya memiliki satu PSEL. Rosan pun mencontohkan Jakarta sebagai salah satu daerah yang paling siap, dengan potensi PSEL minimal sebanyak 3-4 titik.

“Di Jakarta, per harinya itu sekitar 8.000 ton sampah. Sedangkan tumpukan sampahnya, kalau tidak dilakukan perubahan signifikan sudah mencapai 55 juta ton. Jadi potensinya di Jakarta ini minimum 3-4 titik PSEL,” kata Rosan.

Gas Rumah Kaca

Untuk diketahui, Indonesia menghasilkan 35 juta ton sampah setiap tahun yang apabila dihamparkan setara 16.500 lapangan bola atau menutupi seluruh wilayah Jakarta hingga setebal 20 sentimeter persegi (cm2).

Dari total 35 juta ton sampah setiap tahunnya, ia mengatakan hanya sebanyak 61% yang berhasil dikelola.

"Tempat pembuangan sampah ini menyumbang kurang lebih 2-3% emisi gas rumah kaca nasional yang bentuknya metana, dan jauh lebih bahaya dibandingkan dengan CO2 (karbon dioksida), serta bisa menimbulkan polusi udara, air, dan tanah yang mengancam kesehatan masyarakat," ujar Rosan.

Danantara menargetkan program waste to energy bisa mengurangi 80% gas rumah kaca nasional, dan setiap unit PSEL menghasilkan listrik hingga 15 megawatt (MW), hingga menghemat 90% penggunaan lahan.

Ia mengatakan, tarif listrik yang dihasilkan dari PSEL sebesar 20 sen per KWh. Namun ke depan akan ada subsidi dari pemerintah melalui PT PLN (Persero) terhadap tipping feepengelolaan sampah yang sebelumnya dibebankan kepada pemerintah daerah (pemda).

Setiap PSEL, lanjutnya, akan mengelola sampah minimal 1.000 ton per hari untuk menghasilkan 15 MW listrik untuk 20.000 rumah tangga, dengan setiap unit PSEL membutuhkan 4-5 hektare lahan.

"Memang kita akan melaksanakan di 33 kota, tetapi memang yang utama yang ingin kita lakukan pertama adalah di Jakarta sendiri akan ada 4-5 lokasi, kemudian di Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Bali," ujar Rosan.