periskop.id - Kementerian Kesehatan tengah menyiapkan langkah baru untuk memperluas cakupan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) ke lingkungan perusahaan. Upaya ini dilakukan agar pekerja yang menderita penyakit kronis juga dapat mengikuti program yang selama ini dijalankan BPJS Kesehatan.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, menegaskan bahwa Prolanis merupakan program yang baik.
Namun, ia menyoroti bahwa mayoritas peserta saat ini berasal dari kelompok usia di atas 40 tahun atau mereka yang sudah pensiun. Padahal, kata dia, penderita penyakit kronis juga banyak ditemukan pada usia produktif.
Nadia mengingatkan bahwa jumlah masyarakat Indonesia berusia di atas 18 tahun yang hidup dengan penyakit tidak menular masih sangat tinggi.
“Diperkirakan ada 65 juta orang Indonesia yang mengidap hipertensi, sementara sekitar 30 juta orang diperkirakan menderita diabetes melitus,” ujarnya melansir Antara, Senin (20/10).
Menurutnya, kondisi tersebut berpotensi menjadi beban besar bagi sistem pembiayaan kesehatan nasional.
“Ini jadi PR (pekerjaan rumah), dan ini akan menjadi bom waktu kita,” kata Nadia.
Karena itu, ia menekankan pentingnya memperkuat deteksi dini serta pengendalian penyakit kronis melalui layanan kesehatan primer.
Ia menambahkan, langkah awal yang harus diperkuat adalah upaya promotif dan preventif. “Upaya pertama adalah penguatan promotif dan preventif melalui Cek Kesehatan Gratis. Utamanya juga yang harus diubah adalah perilaku masyarakat yang umumnya hanya datang ke fasilitas kesehatan ketika sudah sakit,” jelasnya.
Meski demikian, Nadia mengakui masih ada tantangan besar dalam pelaksanaan Prolanis, salah satunya memastikan pasien kronis rutin kembali ke fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) untuk mengendalikan penyakitnya.
Terkait dunia kerja, ia menyoroti belum adanya kebijakan pemerintah yang mewajibkan perusahaan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin bersama puskesmas atau memantau kondisi pekerja dengan penyakit kronis. “Nah itu yang kita sedang kembangkan untuk kebijakannya. Tapi tentunya juga ini akan menjadi bagian dari Prolanis. Karena balik lagi, kalau harus yang kerja harus datang ke puskesmas pagi hari di jam kerja gitu, itu udah pasti ya gak bakal datang,” ujarnya.
Selain itu, ia menilai pemanfaatan teknologi informasi sangat penting untuk mendukung keberhasilan program. Sistem pengingat berbasis digital, menurutnya, dapat membantu pasien agar tidak lupa mengikuti Prolanis.
“Kita bukan hanya bicara untuk bagaimana mengurangi beban BPJS, tapi bagaimana mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih sehat. Jadi minimal dua aja nih kita beresin, DM dan hipertensi,” pungkasnya.
Tinggalkan Komentar
Komentar