periskop.id - Pemerintah kembali membuka Program Magang Nasional bagi lulusan baru dari perguruan tinggi atau fresh graduate, setelah dua gelombang (batch) sebelumnya belum memenuhi target peserta. Pemerintah menargetkan 100 ribu peserta, Namun pada gelombang (batch) I hanya terserap 15 ribu peserta dari 29 ribu kuota yang disediakan.
Pada gelombang II, realisasinya baru mencapai 62 ribu peserta dari kuota yang disediakan sebanyak 80 ribu peserta. Sehingga untuk memenuhi total target 100 ribu peserta, pemerintah kembali membuka pendaftaran untuk gelombang III.
Menariknya, minat peserta terhadap lowongan magang sangat bervariasi. Menteri Ketenagakerjaan Yassierli membeberkan sejumlah posisi yang diincar banyak pelamar, khususnya di instansi besar termasuk BUMN. Ia menilai fenomena itu wajar karena sistem magang yang dibuka bersifat on demand, mengikuti kebutuhan perusahaan.
"Ada beberapa posisi yang kemudian itu diincer oleh banyak orang, ya mungkin posisi-posisi yang dianggap berada di instansi-instansi besar oleh mereka, mungkin termasuk BUMN. Dan menurut saya itu oke sebenarnya, karena memang istilah kita itu magangnya on demand," kata Yassierli dalam konferensi pers, Jakarta, Rabu (26/11).
Menurutnya, sebagian peserta juga cenderung memilih lokasi magang di kota besar seperti Jakarta. Sehingga menyebabkan ketimpangan persebaran.
"Kita ingin sebenarnya kesempatan magang ini terdistribusi adil di semua wilayah," tambahnya.
Pada kesempatan yang berbeda, Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan (Barenbang) Ketenagakerjaan Anwar Sanusi mengungkapkan ada pula sejumlah lowongan yang justru minim peminat, bahkan hampir tidak ada pelamar.
"Artinya tidak terlalu diminati, mungkin ya beberapa kan instansi pemerintah atau mungkin pandang perusahaannya terlalu jauh," ucap Anwar.
Anwar menyebut posisi di bidang administrasi menjadi yang paling banyak diminati karena terbuka untuk semua program studi, sehingga jumlah pelamarnya sangat tinggi. Sebaliknya, lowongan yang membutuhkan kualifikasi khusus seperti asisten apoteker atau asisten dokter justru sepi peminat.
"Itu kan susah, seperti itu. Nah ini yang saya lihat jumlahnya tidak terlalu besar. Ya artinya mungkin mereka sudah terserap di dalam lapangan kerja. Bisa seperti itu," tutup Anwar.
Tinggalkan Komentar
Komentar