Persikop.id- Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan, dirinya ingin memastikan bank-bank yang mendapat kucuran likuiditas Rp200 triliun, tak menemui banyak masalah dalam menyalurkan kredit. Selain itu, ia juga ingin memastikan bank-bank tersebut tidak menggunakan uang tersebut untuk membeli dolar AS.
Alasan inilah yang membuat Purbaya menjalankan inspeksi mendadak (sidak) ke bank-bank tersebut,. Siadk pertamanya sudah dilakukannya Senin (29/9) kemarin ke kantor pusat BNI di Jakarta.
“Saya mau muter-muter, ngacak. Pertama, saya ingin pastikan mereka bisa menyalurkan kredit itu dan nggak ada masalah. Saya pengen tau juga proyeksi kredit mereka seperti apa ke depan. Kedua, saya pastikan uang itu tidak dipakai membeli dolar, sehingga gak mempengaruhi nilai tukar,” kata Purbaya usai rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa (30/9).
Ia memastikan, dalam beberapa waktu ke depan akan melakukan hal yang sama ke bank-bank milik pemerintah. “Saya akan cek banyak-banyaknya juga seperti itu. Saya minta buka rekeningnya. Mana uang kamu, kira-kira dolar kamu berapalah? Sekarang sekian. Mingguan berapa? Bulan sebelumnya berapa? Saya cek, naik atau enggak (simpanan dolar). Untung BNI nggak naik. Kalua naik, lebih susah dia,” tuturnya.
Purbaya juga menegaskan, dirinya tak melakukan intervensi untuk penyaluran kredit dari uang yang disalurkan ke bank-bank Himbara tersebut. “Jadi mereka tentukan sendiri berdasarkan pasar. Tapi yang jelas, saya akan pastikan mereka tidak mengganggu nilai tukar rupiah. Mereka sepertinya komplai cukup bagus,” imbuhnya.
Namun, sekalipun akan melakukan sidak ke bank-bank Himbara, ia memastikan tidak akan memberikan waktu kunjungannya. “Saya akan cek banyak-banyaknya secara random. Kalau ketahuan, ya susah saja mereka nanti. Waktunya juga random,” tandasnya.
Nilai Tukar Rupiah
Terkait dengan likuiditas Dolar AS di pasar, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Selasa di Jakarta melemah sebesar 3 poin atau 0,02% menjadi Rp16.683 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.680 per dolar AS.
Untuk diketahui, nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Selasa di Jakarta melemah sebesar 3 poin atau 0,02% menjadi Rp16.683 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.680 per dolar AS.
Namun, Analis Mata Uang Doo Financial Futures Lukman Leong memprediksi, akan ada penguatan kurs rupiah seiring kekhawatiran shutdown pemerintah Amerika Serikat (AS) yang hampir 100%. Penutupan pemerintah atau shutdown ialah situasi ketika kongres gagal menyepakati anggaran belanja yang diperlukan.
“Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS yang tertekan oleh kekhawatiran 'shutdown' pemerintah AS,” ujarnya.
Dengan adanya penutupan pemerintah, kata Lukman, maka kegiatan non esensial pemerintah akan berhenti beroperasi, serta data-data ekonomi terancam takkan dirilis karena sebagian pekerja bakal dirumahkan. “Hal ini akan sangat mengganggu kegiatan ekonomi di AS dan memperuncing perseteruan antara Republik dan Demokrat. Semua ini menekan dolar AS,” imbuhnya.
Selain itu, penguatan kurs rupiah bakal terbatas mengingat investor cenderung wait and see menantikan serangkaian data pekerjaan AS pekan ini, terutama Non-Farm Payrolls (NFP).
“Data NFP diperkirakan akan menunjukkan penambahan 50 ribu pekerjaan, walau lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Namun, angka ini masih jauh lebih kecil dari normal yang rata-rata di atas 100 ribu,” ujar Lukman.
Purbaya sendiri akhir pekan lalu memperkirakan rupiah akan kembali menguat pertengahan pekan ini. “Selasa, Rabu mesti sudah balik. Hitungan saya yang jelas fondasi ekonomi kita akan membaik terus ke depan. Kita menjalankan kebijakan untuk mendorong ekonomi, enggak main-main,” ucapnya.
Sebelumnya, sempat beredar kabar, rupiah melemah imbas isu bank anggota Himbara yang menaikkan suku bunga deposito valuta asing (valas) sebesar 4%. Namun, Purbaya menjelaskan isu itu otomatis memicu keinginan untuk beralih investasi dari rupiah ke dolar.
Ia sendiri memastikan, tak pernah memberikan arahan kepada bank untuk menaikkan bunga deposito valas. Ia yakin dengan adanya pemberitahuan ini, tekanan pada rupiah bisa diredam. Selain itu, Bank Indonesia (BI) sesuai dengan wewenangnya akan menjaga nilai tukar dengan agresif dan sungguh-sungguh.
Tinggalkan Komentar
Komentar