periskop.id - Pemerintah melalui Kementerian Pertanian mengalokasikan dana sebesar Rp1,5 triliun untuk membeli gula dari petani tebu lokal. Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyampaikan bahwa langkah ini diambil sebagai bentuk dukungan terhadap petani yang menghadapi kesulitan penyerapan pasar. 

“Kami awalnya mengalokasikan Rp1,5 triliun. Saya yakin itu cukup,” ujar Amran dikutip dari Antara, Jumat (22/8).

Kebijakan ini muncul setelah adanya laporan kelebihan pasokan dari petani tebu domestik, terutama di Jawa Timur. Diskusi antara pemerintah dan CEO Danantara Indonesia, Rosan Roeslani, turut mendorong keputusan tersebut. 

Pembelian gula akan dilakukan oleh BUMN pangan, ID Food, yang bertindak sebagai off-taker untuk menjaga stabilitas harga dan mendukung keberlangsungan produksi petani. Amran menyampaikan rasa syukur atas stok gula nasional yang cukup, namun ia menegaskan bahwa pemerintah harus hadir sebagai penyangga pasar. 

“Kami sudah berkoordinasi dengan aparat penegak hukum. Ini tidak bisa diterima dan merugikan petani kita,” tegasnya, merujuk pada masuknya gula rafinasi ke pasar konsumsi yang seharusnya hanya diperuntukkan bagi industri.

Forum Petani Tebu, yang diketuai oleh Tasirin, menyuarakan keresahan petani terhadap sistem perdagangan gula yang dinilai tidak berpihak. Sejak musim giling 2025 dimulai, penyerapan gula lokal oleh pasar sangat rendah. 

“Awalnya kami antusias dengan program swasembada gula, tapi semangat itu hilang karena pasar menolak gula produksi kami,” ujar Tasirin.

Gula rafinasi yang berasal dari gula mentah dan gula fortifikasi yang diperkaya mikronutrien, keduanya merupakan produk impor yang dijual lebih murah dibandingkan gula kristal putih lokal. Kondisi ini membuat gula lokal sulit bersaing, meskipun kualitasnya memenuhi standar konsumsi. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi gula nasional pada 2024 mencapai sekitar 2,35 juta ton, sementara kebutuhan konsumsi domestik diperkirakan lebih dari 3 juta ton. Di sisi lain, impor gula rafinasi untuk industri mencapai lebih dari 800 ribu ton per tahun, yang sebagian diduga bocor ke pasar konsumsi.

Ketimpangan ini menjadi salah satu pemicu kegagalan pasar bagi gula lokal.

Dengan alokasi dana Rp1,5 triliun dan pelibatan ID Food sebagai pembeli, pemerintah berharap dapat menstabilkan harga gula petani dan mencegah kerugian lebih lanjut.