periskop.id - Harga minyak dunia ditutup menguat sekitar 1% pada Selasa (Rabu waktu Jakarta), setelah sesi perdagangan yang bergejolak. Para pedagang menimbang dampak sanksi Barat terhadap aliran minyak Rusia, sekaligus komentar Presiden AS Donald Trump yang mengatakan pemerintahannya telah memulai wawancara untuk calon Ketua Federal Reserve berikutnya.
Melansir Reuters, Rabu (19/11), minyak Brent naik 69 sen atau 1,07% menjadi US$64,89 per barel, sementara minyak mentah AS jenis West Texas Intermediate (WTI) bertambah 83 sen atau 1,39% menjadi US$60,74 per barel.
Futures minyak AS sempat melonjak lebih dari US$1 per barel pada perdagangan sore mencapai US$60,92 setelah Trump mengumumkan wawancara calon Ketua Federal Reserve. Trump selama ini mengkritik Ketua saat ini, Jerome Powell, karena dinilai lambat menurunkan suku bunga.
“Saya rasa berita ini mendukung pasar karena jelas jenis orang seperti apa yang akan dibawa Trump untuk posisi itu. Ini memberikan dorongan risk-on pada pasar,” kata John Kilduff, partner di Again Capital. Penurunan biaya pinjaman biasanya meningkatkan permintaan minyak dan mendorong harga naik.
Departemen Keuangan AS menyatakan sanksi yang diterapkan pada Oktober terhadap Rosneft dan Lukoil sudah menekan pendapatan minyak Rusia. Ini diperkirakan akan membatasi volume ekspornya dari waktu ke waktu.
“Para pedagang menimbang dampak surplus global yang meningkat melawan sanksi AS yang mengganggu aliran minyak Rusia,” kata Soojin Kim, analis MUFG.
Seorang pejabat senior Gedung Putih menyatakan Trump bersedia menandatangani legislasi sanksi Rusia asalkan ia tetap memiliki otoritas akhir atas pelaksanaannya. Trump mengatakan pada Minggu (16/11) bahwa Partai Republik sedang menyusun RUU untuk menjatuhkan sanksi pada negara yang berbisnis dengan Rusia, termasuk kemungkinan Iran.
“RUU sanksi Rusia yang sedang mereka bahas ini adalah jenis sanksi sekunder yang bisa membuat perbedaan nyata. Risiko hilangnya pasokan Rusia mendukung pasar dan mendapat perhatian pasar,” ujar Kilduff.
Pelabuhan Novorossiysk di Rusia kembali memuat minyak pada Minggu (16/11) setelah dua hari dihentikan akibat serangan rudal dan drone Ukraina, menurut dua sumber industri dan data LSEG. Ekspor dari Novorossiysk dan terminal Caspian Pipeline Consortium yang berdekatan, yang bersama-sama mewakili sekitar 2,2 juta barel per hari atau sekitar 2% pasokan global, sempat dihentikan pada Jumat (14/11/2025), mendorong harga minyak naik lebih dari 2% pada hari itu.
Goldman Sachs memperkirakan harga minyak akan menurun sepanjang 2026 karena gelombang pasokan yang membuat pasar surplus. Namun, Brent bisa melonjak di atas US$70 per barel pada 2026/2027 jika produksi Rusia turun lebih tajam.
Sementara itu, persediaan minyak mentah dan bahan bakar AS naik pekan lalu, menurut sumber pasar yang mengutip data American Petroleum Institute (API) pada Selasa (18/11). Persediaan minyak mentah naik 4,45 juta barel untuk pekan yang berakhir 14 November 2025. Persediaan bensin bertambah 1,55 juta barel, sedangkan distilat naik 577.000 barel dari pekan sebelumnya.
Tinggalkan Komentar
Komentar