periskop.id - Salah seorang pedagang unggas di Pasar Barito, Taufik, menyatakan menolak keras untuk direlokasi ke Sentra Fauna Lenteng Agung meskipun kios lamanya telah dibongkar. Ia menilai lokasi baru tersebut tidak strategis untuk berdagang satwa dan pakan, serta menganggap pemerintah tidak memahami seluk-beluk untung rugi pedagang.

Menurut Taufik, aksesibilitas yang disebut pemerintah seperti kedekatan dengan Stasiun Lenteng Agung dan jalur TransJakarta tidak relevan dengan target pasar mereka.

“Pak Gubernur (Pramono Anung) dan Sudin UMKM boleh bilang aksesnya terjangkau karena dekat dengan Stasiun Lenteng Agung dan jalan raya yang dilalui TransJakarta, tapi itu hanya untuk pekerja,” kata Taufik kepada Periskop saat ditemui di halte depan reruntuhan kios Pasar Barito, Jakarta Selatan, Selasa (28/10).

Taufik, yang telah berdagang selama 35 tahun, menegaskan bahwa area Lenteng Agung tidak dilalui oleh konsumen yang spesifik mencari binatang atau parsel, yang merupakan ciri khas Pasar Barito.

Ia membandingkan lokasi lama di Barito yang dianggapnya sebagai "jantung kota" dan mudah dijangkau oleh target konsumen. Ia juga mengklaim area tersebut selama ini tidak menimbulkan kemacetan atau masalah kebersihan.

“Untuk birokrasi, administrasi, itu orang pemerintahan memang jago. Tapi, untuk dagang jangan mengajarkan kita (penjual Pasar Barito) yang sudah belajar puluhan tahun. Kita lebih paham untung dan ruginya itu,” ucap Taufik.

Tawaran gratis biaya sewa selama enam bulan dari pemerintah pun tidak mengubah keputusannya. Baginya, pindah ke lokasi yang sepi pelanggan sama saja dengan "bunuh diri" secara ekonomi.

“Enggak mau pindah tetap saja karena sudah berpikir panjang makanya kalau mau suruh bunuh diri karena kekurangan (penghasilan), enggak usah ke Lenteng Agung. Kami lebih baik (bangkrut) di Pasar Barito,” terangnya.

Tetap Bertahan di Pasar Barito

Sikap serupa ditunjukkan penjual pakan kucing, Ahmad, yang juga memilih bertahan di sekitar reruntuhan Pasar Barito.

“Pokoknya, saya tetap masih mau bertahan di sini (Pasar Barito). Enggak akan mau ke sana,” tutur Ahmad kepada Periskop.

Ahmad beralasan lokasi Sentra Fauna terlalu jauh dari kediamannya yang berada di sekitar Pasar Barito. Ia khawatir waktu akan habis di perjalanan akibat kemacetan.

Selain itu, ia mengaku penjualannya di Barito sudah mencukupi kebutuhan harian karena telah memiliki pelanggan tetap. “Saya enggak mau pindah ke sana (Sentra Fauna) karena belum tentu (hasil pendapatannya) lebih besar,” ungkapnya.

Penolakan ini terjadi meskipun Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung Wibowo, telah memastikan 125 kios di Sentra Fauna Lenteng Agung rampung dan siap digunakan.

Seperti dilansir Antara, Pramono pada Senin (27/10) menyebut Pemprov DKI akan memberi gratis sewa enam bulan karena memahami beratnya masa adaptasi pedagang di lokasi baru.

Sentra Fauna tersebut dirancang memiliki 74 kios untuk burung dan pakan hewan, 51 kios untuk kuliner dan parsel, serta rencana pembangunan klinik satwa. Kendati demikian, hingga kini belum ada pedagang eks Barito yang menempati kios-kios di lokasi relokasi tersebut.