periskop.id - International Olympic Committee (IOC) resmi menjatuhkan sanksi kepada Indonesia setelah penolakan penerbitan visa bagi atlet Israel pada 23 Oktober 2025. Keputusan tersebut memicu berbagai reaksi dari sejumlah negara.
Reaksi dari Luar Negeri
Pemerintah Rusia turut menyoroti keputusan IOC terhadap Indonesia. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menilai IOC bersikap tidak konsisten karena tegas memberi tekanan pada Rusia saat beberapa negara menolak mengeluarkan visa bagi atlet mereka.
“Tentu saja ada standar ganda,” kata Peskov kepada saluran olahraga Rusia, Match TV.
Menurut Peskov, tekanan seharusnya diarahkan kepada Israel sebagai pihak yang menjadi isu, bukan kepada Indonesia. Ia menambahkan bahwa sikap IOC yang tidak konsisten sering merugikan atlet Rusia.
Sebelum IOC merilis pernyataan resminya, pada 10 Oktober 2025, Fédération Internationale de Gymnastique (FIG) telah memberikan dukungannya terhadap keputusan Indonesia untuk menahan penerbitan visa bagi atlet Israel yang awalnya dijadwalkan bertanding pada Kejuaraan Dunia Senam Artistik 2025 di Jakarta bulan ini.
Melansir dari Antara, Ketua Federasi Gimnastik Indonesia (FGI), Ita Yuliati, menyampaikan informasi tersebut dalam konferensi pers di Indonesia Arena, Jakarta.
"Pagi ini, FIG menghubungi saya melalui telepon dan secara resmi menyatakan dukungannya terhadap keputusan pemerintah Indonesia," ujarnya kepada awak media seraya menambahkan bahwa federasinya sebelumnya telah memperingatkan FIG tentang potensi kontroversi yang bisa timbul akibat kebijakan luar negeri Indonesia terhadap Israel.
Yuliati mengatakan bahwa baik federasi senam nasional ataupun internasional telah menjaga koordinasi intensif untuk memastikan kejuaraan dunia ke-53 yang dijadwalkan berlangsung pada 19–25 Oktober di Jakarta berjalan lancar tanpa mengorbankan sikap politik Indonesia.
Pada 30 September 2025, Ashish Prashar, Aktivis HAM Amerika Serikat juga menyampaikan pendapatnya bahwa Israel seharusnya tidak boleh mengikuti kompetisi Internasional terkait genosida yang mereka lakukan. Pernyataan ini ia ungkapkan ketika menjadi pembicara di Al-Jazeerah Podcast.
“Ya, seharusnya Komite Internasional tidak memberikan tempat pada mereka (Israel). Hal ini mengacu pada genosida yang mereka lakukan. Apalagi United Nation, baru sepuluh hari lalu mengumumkan bahwa apa yang dilakukan Israel pada Palestina adalah genosida,” katanya.
Reaksi dari Dalam Negeri
Menanggapi IOC yang memberikan sanksi kepada Indonesia, Ketua Komite Olimpiade Nasional (NOC) Indonesia, Raja Sapta Oktohari, menegaskan bahwa organisasinya sepenuhnya menghormati sikap tegas pemerintah untuk melarang atlet Israel mengikuti kompetisi mendatang.
Pada 9 Oktober 2025, Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan, Yusril Ihza Mahendra, menegaskan kembali bahwa pemerintah tidak akan menerbitkan visa bagi enam atlet Israel yang dilaporkan akan berpartisipasi dalam acara di Jakarta.
Ia menyebut keputusan tersebut sebagai bukti dukungan Indonesia terhadap perjuangan Palestina untuk merdeka dan sebagai respons bijaksana terhadap tekanan domestik.
Mahendra juga mengutip pidato Presiden Prabowo Subianto di Sidang Umum PBB, menegaskan bahwa Indonesia tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel hingga rakyat Palestina meraih kebebasan dan kedaulatan yang sesungguhnya.
Tinggalkan Komentar
Komentar