periskop.id - Program literasi keuangan kini resmi masuk ke dalam kurikulum sekolah menengah atas (SMA) di Bali. Modul ajar ini mulai diterapkan pada semester II tahun ajaran 2025/2026, sebagai upaya memperluas pemahaman generasi muda tentang pengelolaan keuangan yang sehat.

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bali, Kristrianti Puji Rahayu, menegaskan bahwa modul ini dirancang untuk menjangkau seluruh pelajar, baik di perkotaan maupun perdesaan. 

“Modul ajar tersebut akan membantu meningkatkan literasi keuangan yang merata bagi seluruh sivitas akademika di perkotaan maupun perdesaan di Bali,” ujarnya dikutip dari Antara, Jumat (10/10).

Ia menambahkan, literasi keuangan yang baik tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi daerah. 

“Kami berharap generasi muda mampu mengelola keuangan dengan bijak, sehingga dapat memberi dampak positif bagi masyarakat luas,” kata Kristrianti.

Modul ini terdiri dari 16 jam pelajaran yang mencakup berbagai materi, mulai dari tugas dan fungsi OJK, pengenalan industri jasa keuangan, hingga mekanisme perlindungan konsumen. Selain itu, siswa juga akan dibekali pengetahuan tentang kewaspadaan terhadap kejahatan keuangan serta panduan penggunaan platform pembelajaran digital LMSKU.

Kepala Bidang Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Disdikpora Bali, I Putu Agus Indrajaya, menyambut baik langkah ini. Ia menyebut modul tersebut sebagai tonggak penting dalam dunia pendidikan Bali. 

“Modul itu diharapkan dapat mewujudkan masyarakat terutama generasi muda Bali yang memiliki literasi keuangan yang baik dengan sebaran yang merata,” ucapnya.

Program ini lahir dari kolaborasi antara OJK, Disdikpora Bali, Kantor Wilayah Kementerian Agama Bali, Musyawarah Kerja Kepala Sekolah SMA, serta Musyawarah Guru Mata Pelajaran Ekonomi. Dengan jumlah pelajar di Bali mencapai lebih dari 902 ribu orang atau sekitar 20 persen dari populasi, peningkatan literasi keuangan dianggap sebagai kebutuhan mendesak.

Selain peluncuran modul, kegiatan ini juga diisi dengan edukasi tambahan. Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia Provinsi Bali, I Gusti Agus Andiyasa, memberikan materi tentang investasi di pasar modal. Sementara itu, Asosiasi Fintech Pendanaan Indonesia (AFPI) mengedukasi siswa mengenai pinjaman daring dan risiko yang menyertainya.

Dengan adanya modul ajar ini, diharapkan literasi keuangan tidak lagi menjadi isu eksklusif, melainkan keterampilan dasar yang dimiliki setiap pelajar sejak dini.